Keren, RSI Jadi Bagian dari Blue Food Partnership

Budidaya ikan tilapia di perairan danau Toba. (Foto: Istimewa).

“Dengan penangkapan ikan liar yang berlebihan di beberapa wilayah, akuakultur di masa depan akan menyumbang sebagian besar tambahan ikan yang diproduksi dan dikonsumsi,” papar Alois.

Kata dia, organisasi pangan dan pertanian (FAO) menyatakan bahwa 34 persen pasokan ikan dunia telah ditangkap secara berlebihan, sementara 60 persen lainnya ditangkap pada batas maksimal dari tingkat keberlanjutannya. Sementara itu, antara 30-35 persen ikan yang dipanen hilang atau terbuang sia-sia.

Baca Juga:  Kejari Serdang Bedagai Blender Sabu dan Pil Ekstasi, Ini Alasannya

“Dengan kondisi seperti ini produksi makanan perairan atau boga bahari terancam tidak akan berkelanjutan dan tidak efisien. Selain itu, hal ini juga menyumbang 8 persen dari total emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia yang muncul, baik karena limbah maupun dari sisa-sisa makanan,” terang Alois.

Baca Juga:  Duh! Pencuri Pecahkan Kaca Mobil di Tasikmalaya, Uang Rp150 Juta Dibawa Kabur

Alois menambahkan, inisiatif yang dipimpin oleh Friends of Ocean Action ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi besar dari akuakultur berkelanjutan demi pemenuhan kebutuhan nutrisi warga dunia yang populasinya terus bertambah.

Baca Juga:  PWI Kecam Oknum Petugas Bawaslu Jabar yang Maki Wartawan: Langgar Undang-undang Pers!

“Upaya tersebut dilakukan dengan metode-metode yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim serta pencapaian tingkat nol kelaparan (zero hunger) Konsumsi makanan laut secara global telah meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir dan diperkirakan akan berlipat ganda lagi pada 2050,” bilangnya. (Mad)