Mengais Rizki Di Gunung Sampah

JABAR NEWS | PURWAKARTA – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kampung Cikolotok Desa Margasari Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta merupakan lokasi dikumpulkannya seluruh sampah yang berasal dari masyarakat di Purwakarta. Mendengar kata TPA sampah sudah terpikir dalam benak kita tumpukan sampah dari berbagai barang dan terlihat bak gunung sampah sehingga tak jarang orang enggan berkunjung ke lokasi TPA.

Namun berbeda dengan Nana Permana (45), salah seorang pemulung di lokasi itu mengaku, gunung sampah tersebut merupakan sumber rizki bagi dirinya untuk bisa bertahan hidup dimana di TPA Cikolotok Ia bisa mendapatkan barang-barang bekas yang sudah dibuang oleh masyarakat yang bisa dijual untuk mendapatkan uang.

Baca Juga:  Ampuh Cianjur Menyayangkan Sekmat Kadupandak Soal Kisruh Pilkades

“Seperti inilah keseharian saya dan teman-teman pemulung lainnya pak, ditempat ini ada sekitar 130 pemulung yang menggantungkan hidup dari TPA Cikolotok,” kata Nana.

Kendati di lokasi ini berbau tidak nyaman, Nana bersama pemulung lainnya tidak merasa terganggu karena bau sampah buat mereka adalah teman yang bisa mendatangkan rizki. Nana juga sadar, aktivitas yang Ia jalani ini mungkin bisa sangat berbahaya bagi kesehatan karena hampir setiap harinya bersentuhan langsung dengan sampah yang tak jarang juga bercampur limbah, kotoran hingga benda-benda tajam.

Baca Juga:  Data Kependudukan Bisa Diakses Publik , DPRD: Bentuk Peningkatan Layanan

“Alhamdulillah, belum ada yang terkena penyakit membahayakan kendati kami setiap harinya berjibaku dengan sampah dan kami juga sering melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengecek kesehatan,” jelasnya.

Baca Juga:  Safari Ramadhan di Purwakarta, Uu Ruzhanul Ulum Sampaikan Pesan Ini

Setiap hari mereka rela menghirup bau sampah, bau sampah ini sudah tak dirasakan lagi. Para pemulung ini di TPA Cikolotok terlihat tetap enjoy memungut limbah yang masih memiliki nilai ekonomis.

“Saya sudah 15 tahun bekerja sebagai pemulung disini untuk mencari botol bekas dan plastik yang kemudian di jual. Dalam sehari terkadang saya bisa mengantongi Rp. 30.000 hingga Rp. 40.000,” pungkas Nana. (Zal)

Jabar News | Berita Jawa Barat