Tak Seperti Tahun Lalu, Kawasan Hutan Bandung Utara Kini Relatif Aman dari Kebakaran

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Di tengah musim kemarau saat ini, kawasan hutan di Bandung Utara masih relatif aman dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Alhamdulillah hingga saat ini belum ada laporan kebakaran,” kata Administratur Kawasan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara Komarudin, Senin (31/8/2020).

Menurut dia, berdasarkan musim kemarau tahun lalu, terdapat 13 titik rawan kebakaran di lahan Perhutani KPH Bandung Utara. Kebakaran terjadi sejak bulan Juni hingga akhir tahun lalu.

“Kemarin sempat ada laporan potensi kebakaran, tapi di luar area Perhutani KPH Bandung Utara, dan memang kebakarannya pun tidak terjadi,” ungkap Komarudin.

Baca Juga:  Kasus Pengguntigan Bendera, Polisi akan Panggil Saksi Ahli

Dia menyebutkan, salah satu faktor yang menyebabkan lahan Perhutani relatif aman dari kebakaran ialah faktor cuaca. Musim kemarau kali ini tidak ekstrem seperti pada tahun lalu.

“Kemarau tahun ini tidak ekstrem, masih sempat ada satu dua kali hujan. Kalau tahun lalu itu panasnya ekstrem dan panjang juga, hampir enam bulan kemarau,” terangnya.

KPH Bandung Utara, terang dia, memiliki kawasan hutan seluas 20.560 hektare. Wilayahnya tersebar di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Subang, dan Purwakarta.

Baca Juga:  TMA Bendungan Katulampa Bogor Jadi Siaga III

KPH Bandung Utara juga mencakup beberapa gunung besar yaitu Tangkuban Parahu, Burangrang, Manglayang, dan Palasari.

Komarudin menjelaskan, kejadian kebakaran di wilayah Bandung Utara 90 persen disebabkan oleh aktivitas dan kelalaian manusia.

Pasalnya, selain menjadi tempat wisata, beberapa gunung di Bandung Utara pun kerap ramai oleh aktivitas pendakian.

“Misalnya karena puntung rokok, atau bekas membuat api di hutan, dan tahun ini aktivitas pendakian pun tidak terlalu ramai,” imbuhnya.

Baca Juga:  Ingat, Pada Tanggal Ini Larangan Mudik Mulai Berlaku

Kendari belum ada laporan kebakaran, Komarudin mrnekankan, Perhutani tetap melakukan antisipasi dengan menyiagakan personel di lapangan.

Selain itu, Perhutani juga memanfaatkan aplikasi pendeteksi panas dari LAPAN, yang dianggap sangat membantu untuk menemukan kebakaran.

“Jadi setiap pagi hingga malam, petugas mendeteksi titik panas dan melaporkannya. Kami juga siagakan petugas di pos pengamatan, petugas juga dibekali jet shooter atau tas yang bisa membawa air,” tandasnya. (Yoy)