Di Tengah Pandemi, Pemuda Ini Hasilkan Omzet Rp 100 Juta Per Bulan

JABARNEWS | CIMAHI – Pengalaman kehujanan sewaktu masih berkuliah menginspirasi Reza Dwi Alamsyah (26) untuk memproduksi tas yang bagus dan berkualitas. Dia kini mulai mereguk hasilnya, dengan omzet mencapai Rp 100 juta per bulan.

Sarjana ekonomi lulusan Universitas Parahyangan ini mengatakan, usaha rumahan pembuatan tas mulai dia rintis pada 2016. Dua tahun berselang, dia mencoba menggunakan nama Newlight sebagai brand dari produk yang dihasilkan.

“Baru pada 2019 saya mulai produksi massal. Awalnya jual ke teman, tapi kemudian jual online, di situ kan ada review jujur dari pembeli, apa yang kurang, gimana biar bagus,” kata Reza, di bengkel produksinya, Jalan Pesantren, Kota Cimahi, Jumat (9/10/2020).

Baca Juga:  Siapkan PTM, Pemkot Bandung Percepat Vaksinasi Guru dan Tenaga Pendidikan

Tas yang dibuat, terang dia, ialah beragam jenis tas. Dari mulai tas pinggang, tas ransel, tas tangan, tas slempang, hingga tas gitar. Reza mengusung konsep tas dengan ciri khas akan nilai Indonesia, pada desain, material, ataupun penamaannya.

“Saya lebih mengincar tas versatile buat diproduksi, tas yang bisa dipakai ke mana saja. Yang tahan air, buat orang dengan mobilitas tinggi. Itu terilhami sewaktu saya kuliah, tas saya kebasahan karena kehujanan, padahal bawa laptop,” kisahnya.

Selama sekitar 1,5 tahun mengembangkan usahanya dengan lebih serius, Reza kini mampu mempekerjakan 16 pegawai. Dengan harga jual tas antara Rp 200-400 ribu, dalam sebulan dia pun menghasilkan omzet hingga Rp 90-100 juta.

Baca Juga:  Pelihara Hewan Itu Sehatkan Jantung Loh

“Tas yang saya produksi justru lebih besar di daerah luar. Dari Jakarta, Medan, Palembang, sampai Kalimantan. Ada juga pembeli dari Singapura, Kuala Lumpur. Dari Bandung Raya justru masih belum banyak yang tahu,” katanya.

Reza mengaku, penjualan secara daring memang masih menjadi andalannya hingga saat ini. Dia belum membuka toko, karena membutuhkan modal yang cukup besar.

Meski begitu, dia bersyukur bahwa penjualan secara daring ternyata mampu bertahan di tengah kondisi sulit pandemi Covid-19. Reza mengaku memang ada penurunan penjualan, tapi itu lebih disebabkan oleh bahan baku yang sulit diperoleh.

Baca Juga:  Sejak 2012 Alat Deteksi Tsunami Tak Beroperasi

“Pas ada hantaman pandemi, kami juga awalnya kesusahan untuk cari bahan, karena banyak toko yang tutup. Namun, sebetulnya pembeli itu ada terus. Cuma karena bahan baku kurang, jadi kami sempat kehilangan momentum, karena stok kosong,” katanya.

Reza berharap, pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Dengan demikian, usaha yang dijalaninya pun bisa semakin berkembang. “Saya bercita-cita membawa harum produk lokal di mata nasional,  bahkan internasional,” katanya. (Yoy)