Dari Hati Terdalam, Ini Permohonan Dokter Indonesia

JABARNEWS | BANDUNG – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng Mohammad Faqih meminta masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan, untuk menekan penambahan kasus baru Covid-19.

“Dari hati kami, petugas kesehatan, yang paling dalam, mohon untuk kita bersama melakukan gerakan bersama perang semesta pada Covid-19,” kata Daeng, saat konferensi pers di Jakarta, Minggu (15/11/2020), seperti dikutip dari Antara.

Menurut Daeng, saat ini peran tenaga kesehatan dibutuhkan sekali sebagai garda terakhir dalam melawan pandemi Covid-19, yang telah berlangsung hingga delapan bulan terakhir.

Baca Juga:  Catatan Akhir Tahun PKS Jabar, Ini PR Besar Harus Segera Diselesaikan di 2023

Apabila masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan, terang dia, maka jumlah tenaga kesehatan semakin hari akan terus berkurang, karena gugur dalam bertugas.

“Mohon tidak menambah penularan yang lebih banyak, supaya tidak bertambah petugas kesehatan yang gugur lebih banyak lagi,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat agar kesadaran kolektif protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak. Protokol kesehatan itu harus diterapkan dengan penuh kesadaran.

Baca Juga:  Soal Kasus Pencurian dan Penyekapan di Cimahi, Polisi Ungkap Kecurigaan Ini

Namun, apabila hal itu tidak diterapkan oleh masyarakat maka upaya-upaya yang telah dilakukan selama delapan bulan terakhir ini bisa sia-sia.

“Penanganan Covid-19 dengan 3T (Tracing, Testing, Treatment) memang garda terdepannya rumah sakit. Namun, untuk mencegah penularan di masyarakat, garda terdepannya tetap pada masyarakat,” katanya.

Senada, Wakil Ketua PB IDI Dr M. Adib Khumaidi mengatakan, berdaaarkan data hingga 10 November 2020, sebanyak 159 dokter meninggal dunia karena terpapar Covid-19.

Baca Juga:  Gabungan Organisasi Mahasiswa Menilai Rektor Unsika Bertindak Arogan

“Kemudian antara 10 November sampai kini ada dua hingga tiga dokter yang meninggal karena Covid-19,” katanya.

Jika melihat dari lonjakan angka positivity rate, ia mengatakan dipengaruhi kuat oleh aktivitas masyarakat. Pada Mei 2020 terjadi lonjakan kasus 20 persen dan Agustus 10 persen.

“Salah satu faktornya adalah berkaitan dengan mobilitas masyarakat,” ujar Adib. (Ara)