Usai Bubarkan FPI, Dedi Mulyadi: Saatnya Negara Tindak Korporasi Ugal-ugalan Perusak Alam

JABARNEWS | PURWAKARTA – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan setelah pemerintah berhasil menekan laju ideologi intoleran di Indonesia melalui pembubaran beberapa ormas, FPI dan HTI, kini saatnya negara bersikap tegas terhadap pelaku intoleran kesemestaan.

Dedi Mulyadi menilai saat ini pemerintah sudah saatnya bersikap tegas pada kelompok masyarakat atau korporasi/perusahaan yang ugal-ugalan dan serakah dalam melakukan perusakan alam, baik yang legal maupun ilegal.

Dedi menjelaskan, sikap tegas terhadap perusak alam yang legal adalah dengan cara melakukan evaluasi terhadap berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan sejak zaman Orde Baru sampai hari ini.

Baca Juga:  Cuaca Ekstrem, Pemkot Bandung Rilis Sejumlah Wilayah yang Rawan Bencana

Kebijakan dimaksud adalah yang nyata-nyata bertentangan dengan prinsip pengelolaan alam yang berbasis kearifan serta prinsip-prinsip eksploitasi yang bertentangan dengan semangat berkelanjutan.

Sebab, kata Dedi, dalam pandangannya bahwa disintegrasi bangsa bukan hanya muncul dari paham intoleran keberagaman, tetapi sifat serakah yang telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan kebangsaan.

“Masyarakat yang tergusur dalam lingkungan karena eksploitasi. Orang-orang yang kehilangan pekerjaannya karena kerusakan lingkungan akan melahirkan kelompok masyarakat frustasi yang pada akhirnya, mereka, karena tercerabut dari habitat alamnya, masuk ke ideologi intoleran bahkan radikal,” kata Dedi, Senin (4/1/2021).

Baca Juga:  Kecelakaan Truk dengan Taksi Terjadi Di Tol Jagorawi

Menurut Dedi, munculnya paham radikal, terutama di perkotaan, disebabkan salahnya adalah tata ruang yang salah dan kerusakan lingkungan. Hal itu mengakibatkan orang yang tak nyaman lagi tinggal di habitatnya kemudian mencari jalan mencari ketenangan hingga bertemu guru yang salah.

“Paham intoleran muncul di kota-kota besar dan kampus-kampus besar, dari sisi aspek tata kelola berpikir itu aneh. Orang pendidikan tinggi justru mengalami problem, berarti kan bukan persoalan paham intoleran, tetapi ada kegelisahan karena dia tercerabut dari habitatnya,” kata mantan bupati Purwakarta itu.

Baca Juga:  Waduh! Sepanjang 2019 BPBD Mencatat 754 Bencana Terjadi di Bogor

Dedi menganalogikan bahwa harimau buas memangsa manusia ketika tidak memiliki lagi habitatnya. Begitu juga buaya buas memangsa manusia karena tak punya habitatnya.

“Manusia juga begitu ketika kehilangan habitat, dia akan buas,” kata Dedi.

Penulis: Ikbal Safana