Konstruksi Terowongan Kereta Cepat Berulang Kali Ambles, Ini Kata KCIC

JABARNEWS I BANDUNG BARAT – Proyek pembuatan terowongan atau tunnel jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di wilayah Kabupaten Bandung Barat berulang kali ambles.

Terbaru, amblesan tanah terjadi di jalur pengalihan jalan nasional di sekitar Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Senin (31/5/2021) lalu. Di bawah jalur pengalihan jalan nasional itu terdapat pekerjaan kontruksi terowongan Tunnel 8 KCJB. 

Sebelumnya, pada tahun lalu pekerjaan konstruksi terowongan KCJB juga pernah ambles, yakni di Kampung Dangdeur, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Bandung Barat. 

Baca Juga:  Pemilih Pemula Segera Rekam KTP-El

Direktur Human Resources LA & Asset PT KCIC, Chandra Dwiputra mengatakan, lapisan tanah yang ambles di atas terowongan itu bukan berarti tanpa perencanaan yang matang. Namun, pengerjaan proyek dari bawah tanah lebih sulit dibanding pengerjaan di ruang terbuka.

“Gini lho, kalau kerja di bawah tanah kita tidak bisa tahu titik per titik itu. Pas satu titik mungkin ada yang kurang bagus tanahnya,” ujar Chandra saat ditemui di Cikalongwetan, Jumat (4/6/2021).

Baca Juga:  Hanya APK 'Rindu' Di Wisata Galunggung, Yang Lain Mana Ya

Chandra menyebutkan, PT KCIC merespons cepat terkait apapun yang terjadi di area proyek. Terbaru, runtuhnya proyek terowongan 8 di Kampung Sasaksaat beberapa hari lalu langsung diperbaiki dalam waktu yang singkat.

“Jalan yang ambles kemarin sudah langsung kita perbaiki. Intinya, begitu ada (tanah ambles) langsung kita turun,” kata Chandra.

Chandra menjelaskan, dalam pengerjaan proyek tunnel, PT KCIC selalu menggandeng ahli baik sebelum maupun saat pengerjaan. Perhitungan terkait objek yang hendak dijadikan terowongan sampai proses pengerjaan tunnel juga dihitung dengan kalkulasi dan riset yang tidak sembarang.

Baca Juga:  Jaga Ketahanan Pangan, Herry Dermawan Minta Pusat Distribusi Provinsi Dimaksimalkan

“Kita kan kerja gak boleh sembarangan, kita punya konsultan. Independennya, LAPI ITB, dia yang menghitung terkait batas ledakan terowongan dan sebagainya,” katanya.

“Kalau dilihat di lapangan, akan ada banyak alat ukur. Jadi kita enggak sembarangan dalam pembuatan terowongan,” papar Chandra. (Yoy)