KIB dan Farmasi Unisba Kembangkan Sari Nanas, Ini Hasilnya

JABARNEWS | BANDUNG – Inovasi produk berkelanjutan merupakan salah satu kunci penting untuk memajukan sebuah UMKM berbasis masyarakat. Upaya Inovasi produk dapat dilakukan melalui mekanisme riset atau penelitian dan pengembangan (RisBang).

Hampir sebagian besar UMKM tidak memiliki kemampuan untuk melakukan upaya inovasi berkelanjutan dikarenakan tidak memiliki badan riset dan pengembangan mandiri. Disamping itu, biaya yang besar dan waktu yang panjang menjadikan upaya inovasi melalui RisBang menjadi semakin sulit dijangkau.

Salah satu upaya untuk mewujudkan aktivitas Risbang pada UMKM adalah dengan cara bersinergi antara UMKM dengan Peneliti di Kampus. Kebun Indonesia Berdaya (KIB) merupakan salah satu kebun di desa Cirangkong Kecamatan Cijambe, Subang yang membudidaya nanas dan buah naga serta memberdayakan 30 orang petani setempat.

Seperti diketahui, nanas merupakan buah khas subang yang saat ini menjadi salah satu komoditas unggulan kabupaten Subang. Tidak semua buah nanas yang dipanen oleh KIB dapat terserap oleh pasar.

Nanas yang tidak terjual tersebut akhirnya membusuk dan tidak menghasilkan nilai ekonomi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah mengolah buah nanas menjadi minuman sari nanas.

Namun, sari nanas yang dihasilkan hanya mampu bertahan kurang lebih antara 1-2 minggu dengan cara disimpan di tempat dingin. Apabila disimpan di suhu kamar, maka sari nanas hanya mampu bertahan 3 hari.

Baca Juga:  Atap Tribun Penonton Formula E Roboh, Polisi Masih Selidiki Penyebabnya

Kondisi tersebut tentunya menjadikan sari nanas yang diproduksi sulit untuk dipasarkan secara luas. Buah nanas diketahui kaya akan enzim bromelain yang sangat aktif sehingga menjadikan sari nanas mudah terfermentasi sehingga menjadi tidak awet.

Penambahan gula tebu yang terlalu banyak juga dapat meningkatkan proses fermentasi sari nanas. Disamping itu, sari nanas yang mengandung kadar air yang tinggi juga mudah ditumbuhi bakteri, jamur dan kapang.

Menambahkan pengawet buatan ke dalam sari nanas tentunya akan menjadikan sari nanas yang diproduksi KIB menjadi tidak menarik. Beragam permasalahan tersebut menjadi kendala pengembangan sari nanas untuk dijadikan sebagai salah satu produk unggulan daerah Subang.

Sejak bulan Desember 2020, KIB menggandeng Peneliti Farmasi FMipa Unisba untuk bersinergi mengembangkan produk sari nanas yang lebih awet serta memiliki manfaat bagi kesehatan.

Tim peneliti Farmasi Unisba dibawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unisba melalui skema hibah Pendampingan Kepada Masyarakat (PKM), telah berhasil menemukan formula dan alur proses produksi sari nanas.

Baca Juga:  Setelah Dua Kali Ditolak KPU Sergai, Soekirman Kembali Mendaftar

Kedua hal tersebut mampu menghasilkan produk sari nanas yang lebih tahan lama serta terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Hasil uji coba tersebut juga telah diterapkan di KIB yang sebelumnya telah dilakukan alih/transfer teknologi dari tim peneliti Farmasi Unisba kepada pihak Kebun Indonesia Berdaya pada Kamis (10/6/2021) lalu.

Ketua tim PKM, apt. Indra Topik Maulana, M.Si., mengatakan, penelitian terkait optimasi alur proses produksi sari nanas serta uji aktivitas antioksidan dari produk yang dihasilkan telah dilakukan selama kurang lebih 2 bulan menggunakan metode penelitian factorial design.

“Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa daya tahan dan aktivitas antioksidan sari nanas yang tahan lama dan memiliki aktivitas antioksidan tinggi sangat bergantung pada alur prosesnya,” kata Indra di Bandung, Senin (14/6/2021).

“Beberapa alur proses tersebut meliputi pemilihan bahan, proses pencucian, pemasakan, blanching, suhu penyimpanan, serta penggunaan pengawet alami yaitu gula. Setiap faktor tersebut secara signifikan memberikan pengaruh yang positif baik terhadap daya tahan maupun aktivitas antioksidan,” tambahnya.

Kerjasama antara KIB dengan Peneliti Farmasi FMIPA Unisba kata Indra, rencananya akan terus berlanjut hingga produk sari nanas ini ke depan dapat berkembang menjadi produk unggulan daerah Subang.

Baca Juga:  Giliran Gugus Tugas Rilis Aplikasi Pelacak Covid-19

“Tidak hanya terkait dengan tingkat keawetan dan manfaat bagi kesehatan, tim peneliti Farmasi FMipa Unisba juga sekaligus membantu mendesain label kemasan sehingga lebih menarik dan mampu meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk sari nanas tersebut,” terangnya.

Sebagai peneliti lanjut Indra, farmasi FMipa Unisba menyatakan siap menjadi Risbang bagi UMKM khususnya yang bergerak dibidang produksi pangan fungsional, serta membuka diri seluas-luasnya untuk bermitra dengan berbagai pihak.

“Dengan pengalaman riset yang dimiliki para peneliti di Farmasi FMipa Unisba, Kami membuka seluas-luasnya kerjasama dengan UMKM lainnya khususnya yang bergerak dibidang pangan fungsional untuk menjadi mitra kami dalam rangka mewujudkan UMKM yang mandiri, maju, dan inovatif, ” pungkasnya.

Sementara itu, Manager KIB, Agung Karisma sangat menyambut baik hasil penelitian tersebut dan berharap mampu meningkatkan kualitas produk sari nanas yang diproduksi oleh KIB.

“Saya sangat terbantu dengan adanya kerjasama kemitraan antara kami (KIB) dengan peneliti Farmasi UNISBA terkhusus pada pengembangan produk sari nanas yang kami produksi. Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut,” tandas Agung. (Red)