Kelangkaan Oksigen di Kabupaten Bandung, Harga Jual Dua Kali Lipat

JABARNEWS | BANDUNG – Kantor Staf Presiden (KSP) mendapati bahwa pasokan oksigen di Kabupaten Bandung masih belum dapat memenuhi banyaknya permintaan penanganan pasien COVID-19. 

Hal ini diungkapkan oleh para pedagang oksigen dan beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

“Beberapa titik di Kabupaten Bandung yang kami datangi, pasokan obat terapi COVID-19 terkendali. Multivitamin dan vaksin juga aman. Hanya saja pasokan oksigen kurang dari cukup,” kata Abraham Wirotomo, Tenaga Ahli Utama KSP, dalam keterangannya, Selasa (27/7/2021).

Situasi ini terpantau langsung oleh KSP pada Selasa (27/8). Selain melihat ketersediaan oksigen, KSP juga memantau pasokan vaksin serta obat terapi COVID-19 untuk masyarakat. 

Setelah melakukan verifikasi lapangan di beberapa lokasi di Provinsi Banten pada Senin (26/7/2021), tim ini juga akan melakukan pemantauan langsung di beberapa provinsi lain di Pulau Jawa.

Dalam merespon kelangkaan oksigen ini di Kabupaten Bandung, Abraham menambahkan bahwa KSP akan melakukan berbagai upaya untuk mencari solusi atas permasalahan ini.

Baca Juga:  Pemkab Garut Tetapkan Siaga Kekeringan

“KSP sudah koordinasi dengan Posko Oksigen Jabar untuk mempercepat pengadaan oksigen cair dan tabungnya bagi rumah sakit di wilayah Jawa Barat,” imbuh Abraham.

Para pedagang oksigen di Kabupaten Bandung yang ditemui oleh KSP mengatakan bahwa kelangkaan oksigen sudah terjadi dalam 2 minggu terakhir seiring dengan lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Barat.

“Saya sudah mengatakan ke para pelanggan dan saya meminta maaf karena saya sudah menyerah, dalam artian sudah tidak ada pasokan oksigen dan saya tidak bisa melakukan apapun,” kata Irwan, salah satu pemilik toko oksigen di Kabupaten Bandung.

Menurut Irwan, hampir semua pedagang oksigen di Kabupaten Bandung mengalami hal yang serupa yakni kehabisan stok oksigen dan kesulitan dalam memenuhi antrian permintaan terutama dari pasien COVID-19.

“Saya memiliki 8 outlet oksigen di Bandung dan semuanya terpaksa ditutup karena tidak ada lagi pasokan oksigen,” kata Irwan. 

“Bahkan ada dua pelanggan saya yang telah meninggal dunia akibat COVID-19 dan tidak mendapatkan pasokan oksigen,” tuturnya.

Baca Juga:  Ketua DPR: Sudahi Kemarahan, Mulai Kegiatan Positif untuk Papua

Pria yang sudah menekuni bisnis isi ulang oksigen selama 5 tahun ini pun mengakui terjadi lonjakan harga tabung dan regulator sejak pandemi terjadi dikarenakan jumlah permintaan yang terus meningkat tajam. 

“Isi ulang oksigen per 1 meter kubik yang seharusnya dijual seharga Rp 35,000 hingga Rp 40,000 bisa dijual hingga dua kali lipat oleh para pedagang,” terang Irwan.

Namun, menurut dia, keresahan warga yang paling utama adalah kelangkaan oksigen itu sendiri.

Kelangkaan oksigen juga diungkapkan oleh humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang, di Kabupaten Bandung, Arif Rahman.

“Hanya oksigen yang kami kesulitan. Tempat tidur dan obat relatif tidak ada kendala,” kata Arif Rahman.

Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu karyawan Kimia Farma Soreang, bahwa pasokan oksigen sudah kosong selama hampir 2 minggu terakhir ini. 

Sebelum terjadi kelangkaan, Kimia Farma Soreang menjual oksigen seharga Rp 40,000 untuk tabung kecil. 

Baca Juga:  PKS Jabar Gelar Lomba Baca Kitab Kuning

Hanif Dahlan selaku Ketua Posko Oksigen Jabar telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan KSP mengenai kelangkaan oksigen cair di Kabupaten Bandung dan sekitarnya. 

Hanif mengungkapkan bahwa Posko Oksigen Jabar akan mengupayakan percepatan pengadaan oksigen cair dengan memprioritaskan ketersediaan oksigen di rumah sakit yang menangani pasien COVID-19.

Selain melihat ketersediaan oksigen, KSP juga memantau pasokan vaksin serta obat terapi COVID-19 untuk masyarakat. Berdasarkan hasil pantauan, ketersediaan multivitamin dan obat-obatan di Kabupaten Bandung masih cenderung aman dan terkendali. 

Selain itu, ketersediaan vaksin masih dianggap mencukupi walaupun pasokannya sudah mulai menipis.

Pantauan KSP di Kabupaten Bandung ini merupakan bagian dari serangkaian proses verifikasi lapangan dalam periode 7 hari yang digagas oleh KSP.

KSP ingin mengetahui situasi terkini di lapangan serta mencari solusi atas persoalan yang menghambat distribusi oksigen, obat dan vaksin COVID-19 kepada masyarakat. (Red)