Heboh Pembangunan Jembatan Siluman di Cianjur, Jawaban Herman Suherman Bikin Melongo

JABARNEWS | CIANJUR – Pembangunan jembatan siluman di Kabupaten Cianjur saat ini sedang menjadi perhatian publik.

Bukan tanpa alasan, nama jembatan siluman berasal dari julukan warga karena berada di tengah sawah dan tak memiliki akses jalan beraspal. Tak hannya jempatan Siluman, warga pun juga memberikan julukan lain yakni jembatan halusinasi.

Sontak, jembatan yang berlokasi di Kampung Cibitung Muara, Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur itu menjadi perhatian berbagai pihak.

Baca Juga: Waduh! Siswa SMPN 10 di Kota Depok Positif Covid-19, Pelaksanaan PTM Terbatas Dihentikan

Baca Juga:  Ridwan Kamil akan Wujudkan Tiga Mimpi Presiden Jokowi Terkait Ekonomi, Begini Rumusnya

Baca Juga: Untuk Menghindari Masalah Kewanitaan, Dr. Zaidul Akbar Kurangi Makanan Ini

Menanggapi hal tersebut, Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan bahwa pembangunan jembatan Leuwi Dahu yang disebut jembatan siluman itu tidak keliru.

Menurut Herman Suherman, jembatan itu dibangun agak tinggi dari permukaan Sungai Cikored untuk menghindari terjangan arus saat musim penghujan. Beda dengan jembatan kayu di sebelahnya yang elevasinya agak rendah.

Baca Juga:  Kronologi Kebakaran Kantor Bapelitbang Kota Bandung, Banyak Dokumen Yang Terbakar

“Kita pastikan jembatan tersebut bisa segera digunakan. Bukan tidak ada akses jalan, tapi memang lokasinya (jembatan) dipindahkan dari posisi awal untuk menghindari terjangan air saat Sungai Cikored meluap,” kata Herman Suherman kepada wartawan, Rabu, 20 Oktober 2021.

Baca Juga: Keramas Saat Menstruasi Boleh Nggak Sih? Ini Kata Dr. Clarin Hayes

Baca Juga: Guru Besar Unpad Ini Sarankan Investasi Jabar Diarahkan ke Sektor Padat Karya

Baca Juga:  Rindu Bentuk Tim Transisi

Lebih lanjut, Herman Suherman menyebut bahwa Pemkab sudah menganggarkan pembangunan akses jalan menuju jembatan Leuwi Dahu. Meskipun, jalan tersebut sebenarnya merupakan kewenangan desa.

“PUPR sudah diminta untuk dianggarkan, kalau bisa di akhir tahun sudah selesai. Kita kolaborasi juga dengan desa, pemerintah desa ada anggaran berapa nanti selebihnya oleh PUPR,” tuturnya.

“Bukan hanya jalan, tapi tembok penahan tanah (TPT)-nya, supaya jalan dan jembatan tak cepat rusak oleh luapan air sungai,” tandasnya.***