Ritual Buang Celana Dalam di Gunung Sanggabuana Karawang Ternyata Sudah Sejak Lama

JABARNEWS | KARAWANG – Sebuah video viral berisi tayangan yang menunjukkan celana dalam berserakan di area Gunung Sanggabuana, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Dalam video viral itu, warga sibuk membersihkan celana dalam dengan mengambilnya pakai kayu, lalu dikumpulkan di suatu tempat.

Celana dalam berwarna warni tersebut diduga sengaja dibuang di area Gunung Sanggabuana, Karawang. Ritual buang celana dalam itu diketahui sudah berlangsung sejak lama.

Baca Juga: Berubah Lagi, Pemerintah Kembali Turunkan Batas Tertinggi Tarif Tes PCR Jadi Segini

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca Bandung Raya 20 Agustus 2018

Ritual buang celana dalam di area Gunung Sanggabuana biasa dilakukan oleh warga yang berziarah maupun pengunjung saat bulan Mulud (Maulid).

Ritual buang celana dalam itu dianggap oleh sebagian orang sebagai salah satu ritual buang sial di Gunung Sanggabuana Karawang.

Celana dalam biasanya dibuang oleh pengunjung di sekitar mata air Pancuran Mas, Kampung Sinapeul, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.

Baca Juga:  Dandim Purwakarta: Pemuda Jangan Mau Diadu Domba

Baca Juga: Syaiful Huda: Hasil Survei, PKB Posisi ke Tiga Setelah PDI P dan Golkar

Mata air Pancuran Mas dianggap keramat oleh warga sekitar. Orang yang mandi dan melempar uang koin ke mata air tersebut percaya keinginannya bisa terkabul.

Dari mitos yang beredar, orang yang mandi di Pancuran Mas harus membuang pakaian dalam yang dikenakan untuk membuang sial.

“Ritual ini selalu hadir setiap tahun karena memang tidak ada aturan dari Pemkab, bahkan penertiban pun tidak pernah dilakukan,” kata pegiat kebudayaan, Nace Permana kepada wartawan, Rabu 27 Oktober 2021.

Baca Juga:  Begini Cara Memilih Sepatu Wanita Yang Ngetrend

Baca Juga: Febri Hariyadi Kembali Jadi Penentu Kemenangan Persib atas PSIS Semarang

Ia pun meminta agar Pemkab Karawang melakukan pembinaan kepada kuncen-kuncen atau pemandu para peziarah di Gunung Sanggabuana.

“Kalau perlu memang harus dibina para pemandu atau kuncen peziarahnya, agar tidak ada lagi ritual buang celana dalam,” ujarnya.***