Soal Kacang Kedelai, Ridwan Kamil: Penting Keterjaminan dari Bulog dan Kementan

JABARNEWS | BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian dan Bulog untuk menjamin stok kacang kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe di Jawa Barat.

Jangan sampai, kata Ridwan Kamil, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat mogok produksi karena kenaikan harga kedelai.

“Ini sudah saya antisipasi dan diskusikan dengan Kementerian Pertanian, memang secara geografis kita tidak cocok menanam hal-hal seperi itu secara maksimal ya,” kata Ridwan Kamil di Kantor DPRD Jabar, Jumat (28/5/2021).

Koordinasi ini dilakukan, kata Gubernur, untuk menjaga kestabilan harga kedelai di pasaran sehingga produsen tahu dan tempe bisa membeli kedelai untuk produksinya dengan harga terjangkau.

Baca Juga:  Pohon Ratusan Tahun Telan Korban di Tanjung Balai, Tumbang dan Berdiri Lagi

“Yang penting keterjaminan dari Bulog, dari Kementan, harga di lapangan harus selalu terjangkau karena kasihan tukang tahu di mana-mana kalau begini,” katanya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat pun terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipsi penghentian produksi tempe tahu oleh produsen akibat tingginya harga kedelai impor.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Eem Sujaemah, mengatakan sejak Januari 2021, Disperindag bersama Satgas Pangan, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.

Bersama, ucapnya, telah dilakukan untuk menahan tren kenaikan yang sudah terlihat sejak Desember 2020. Namun operasi pasar ternyata tak menutupi kebutuhan yang terus meningkat sementara pasokan kedelai impor makin susut.

Baca Juga:  Pepep Saepul Hidayat Minta Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional Jangan Membebani Para Pedagang Kecil

“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500-Rp10.700 per kilogram,” katanya di Bandung, Jumat (28/5/2021).

Menurut Eem, kedelai berbeda dengan komoditas lain mengingat masih mengandalkan impor. Masalah ini tidak hanya terjadi di Jabar, melainkan terjadi di seluruh Indonesia.

Saat ini, lanjut dia, Disperindag masih menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian terkait solusi agar kedelai tidak langka.

Pihaknya juga memastikan bahwa dari informasi yang didapat dari Gakoptindo, tidak ada perintah agar produsen tempe dan tahu melakukan mogok produksi.

Baca Juga:  Ikuti Jejak Sang Ayah, Putri Gubernur Jabar Ridwan Kamil Jajal Ilmu Arsitek

“Mungkin ada yang mogok produksi tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok,” tuturnya.

Salah satu solusi dari Gakoptindo agar para produsen adalah produsen tidak mogok produksi dan disarankan untuk menaikkan harga jual maksimal 30 persen.

“Kalau tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah, secara organisasi Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak,” tutur Eem.

Eem mengakui, pilihan menaikkan harga produksi menjadi solusi jangka pendek yang bisa ditempuh oleh para produsen ketimbang mogok produksi. Hal itu sembari menunggu kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan. (Red)