Indonesia Memang Tangguh

Penulis: Bram Herdiana (Guru SMK Pariwisata TELKOM Bandung)

Melalui Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor: B.446/M/S/TU.00.04/06/2021 tertanggal 16 Juni 2021, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyampaikan tema dan logo Peringatan HUT ke-76 RI tersebut kepada seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah. Tema utama untuk HUT ke-76 RI Tahun 2021 sesuai yang sudah ditetapkan Presiden RI, yaitu: “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”. Tema tersebut mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik.

Bukan rahasia lagi bahwa Indonesia sudah dari dulu dikenal sebagai bangsa yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan baik tantangan dari alam maupun dari Bangsa lain. Tantangan alam berupa bagaiamana harus memanfaatkan alam serta ganasnya alam disertai bencana-bencananya selalu bisa dijawab dengan tangguh tidak pasrah terhadap keadaan alam. Kini Bangsa Indonesia mendapat julukan negara agraris dan maritim sebab mampu mengolah dan memanfaatkan alam untuk kelangsungan hidup.

Secara agraris Indonesia Sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia, nama Indonesia sudah tidak diragukan lagi di seluruh dunia. Indonesia memiliki alam yang ditumbuhi rempah-rempah dan sangat beragam. Rempah-rempah dari Indonesia memiliki nilai harga yang mahal terutama di Eropa, keadaan menarik perhatian bangsa Portugis untuk datang pertama kali ke nusantara dan tiba di Maluku pada tahun 1512. Kedatangan Bangsa Portugis sebagai Bangsa Eropa yang pertama datang ke Nusantara, telah menggoda Bangsa Spanyol, Belanda dan Inggris datang ke Nusantara. Kemampuan Bangsa Indonesia menghasilkan rempah-rempah adalah bukti ketangguhan Bangsa Indonesia dalam mengolah dan memanfaatkan alam, selain hasil-hasil pertanian lainnya yang sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Baca Juga:  Hebat, Dokter di Cianjur Ciptakan Alat Oksigen Buatan

Berkaitan dengan kondisi geografis Indonesia berupa laut, Bangsa Indonesia sudah dikenal memiliki pelaut-pelaut tangguh. Seperti yang dikutip dari artikel SMK Pelayaran Samudera Cilacap, Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa di perairan Nusantara pada paruh pertama abad XVI, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil sebagai penjelajah samudra. Kronik China serta risalah-risalah musafir Arab dan Persia menorehkan catatan agung tentang tradisi besar kelautan nenek moyang bangsa Indonesia. Serangkaian penelitian mutakhir yang dilakukan Robert Dick-Read (Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008) bahkan memperlihatkan fenomena mengagumkan. Afrikanis dari London University ini, antara lain, menyoroti bagaimana peran pelaut-pelaut nomaden dari wilayah berbahasa Austronesia, yang kini bernama Indonesia, meninggalkan jejak peradaban yang cukup signifikan di sejumlah tempat di Afrika.

Baca Juga:  Mengenal Paket Haji Furoda yang Tawarkan Fasilitas Mewah di Padang Arafah

Buku tadi juga bercerita tentang pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar sampai ke Afrika pada masa lampau, jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar. Pendek kata, penelitian dalam buku ini mengungkap bukti-bukti mutakhir bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan samudera jauh sebelum bangsa Eropa,Arab dan China memulai zaman penjelajajahan bahari mereka. Sejak abad ke-5 M,para pelaut Nusantara telah mampu menyeberangi Samudera Hindia hingga mencapai Afrika.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16 yang dipelopori Bangsa Portugis awalnya hanya untuk berdagang rempah-rempah dan disambut baik. Tetapi mereka pada akhirnya mengubah niatnya dengan melakukan penjajahan di negeri ini, karena pada kala tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah-rempah di dunia yang dimiliki nilai jual tinggi khususnya di Eropa. Niat mereka untuk menjajah Indonesia mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia yang di pimpin oleh raja-raja di daerahnya masing-masing. Perlawanan-perlawanan pada masa ini masih bersifat kedaeran artinya daerah-daerah melawan penjajahan secara masing-masing belum ada persatuan nasional. Berbeda dengan perlawanan pada abad ke 20 yang menggunakan organisasi modern juga diplomasi sehingga pada masa di sebut pergerakan nasional yang dilandasi dengan perstauan nasional apalagi pasca lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Apapun bentuk perlawanannya, hal ini menunjukkan ketangguhan Bangsa Bndonesia dalam mengusir Bangsa-Bangsa penjajah. Melawan penjajahan yang lamanya sekian ratus tahun, akhirnya perlawanan Bangsa Indonesia mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945, hal ini bukti ketangguhan Bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan.

Baca Juga:  Inilah Kandungan Buah Apel, Diyakini Bisa Menurunkan Berat Badan

Menurut pendapat dari Arnold J. Toynbee (1889-1975) yang memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan teori Challenge and Respons. Berdasarkan teori tersebut, budaya bisa muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan alam sekitarnya, serta pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan oleh sebagian kecil pemilik kebudayaan. Selain itu menurut Arnold J. Toynbee tantangan dan respon muncul akibat dari adanya kausalitas baik dalam ide, wacana, maupun gerakan. Tantangan (challenge) dan tanggapan (respons) telah membuat Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang tangguh mampu menjawab atas tantangan yang ada baik dari dalam maupun dari luar Indonesia. Tanggapan-tanggapan Bangsa Indonesia yang hebat telah membuat Indonesia tangguh dalam menjalankan perputaran roda negeri Ini, sehingga terus berputar sampai waktu sekarang. (*)

Isi tulisan ini sepenuhnya tanggungjawab penulis