Analisis KPMG Economics Ungkap Pertumbuhan Harga Properti Lampaui Prediksi Awal

JABARNEWS | JAKARTA – KPMG Economics mengungkapkan harga properti telah meningkat jauh di atas apa yang seharusnya terjadi jika Covid-19 tidak pernah terjadi.

Sebagian besar kota di Australia mengalami kenaikan pada tahun 2020, menurut laporan dari KPMG Economics, tetapi suku bunga yang sangat rendah dan dukungan pemerintah untuk pasar properti selama pandemi memberi pasar nafas tambahan, menambahkan ratusan ribu dolar ekstra untuk nilai properti.

Sedangkan, menurut laporan The Impact of Covid on Australia’s Residential Property Market selama 18 bulan terakhir dibandingkan dengan skenario tanpa Covid-19.

Mereka menemukan bahwa secara nasional, harga rumah sekarang antara 4 persen hingga 12 persen lebih tinggi dari prediksi awal dan harga unit apartemen naik hingga 13 persen lebih tinggi daripada jika dunia tetap normal.

Dalam skenario 2020 yang normal, respons kebijakan pandemi, seperti mendorong suku bunga turun menjadi 0,1 persen dan memperkenalkan program Home Builder, tidak akan terjadi.

Baca Juga:  Iwan Setiawan: Pembangunan Rest Area Gunung Mas, Akhir Tahun Harus Selesai

Kepala ekonom KPMG Australia Dr. Brendan Rynne mengatakan, penurunan suku bunga hipotek; penghematan ekstra dari tidak menghabiskan liburan; dan dukungan pendapatan yang besar dari pemerintah dan dukungan pasar perumahan secara khusus.

“Melihat harga properti naik secara dramatis dalam enam hingga sembilan bulan terakhir, melewati titik di mana mereka akan meningkat dibawah skenario tanpa Covid,” kata Dr. Brendan dalam siaran persnya, Rabu (21/7/2021).

Dia menambahkan bahwa ada faktor negatif jangka panjang seperti kenaikan suku bunga hipotek dan pertumbuhan populasi yang lebih rendah-populasi Australia sekarang. Diperkirakan akan lebih rendah sekitar 1 juta orang pada akhir dekade ini dibandingkan dengan perkiraan pra-pandemi akan memoderasi laju pertumbuhan ekonomi. harga menjadi naik.

“Pasokan juga berperan. Analisis kami tentang pemberian ijin pemerintah akan tempat tinggal di kota-kota besar menunjukkan bahwa di Melbourne dan Sydney, masing-masing ada 25.000 dan 20.000 lebih sedikit rumah dan unit yang tersedia daripada yang terjadi dalam skenario tanpa Covid,” imbuhnya.

Baca Juga:  Sebanyak 57 SMK di Kabupaten Purwakarta Ikuti LKS

Sementara itu, Menurut Direktur Penjualan Crown Group, Prisca Edwards, harga hunian terus menggelembung di Sydney, sebagai akibat langsung dari pandemi Covid-19.

“Kami melihat penelitian yang menunjukkan terdapat kesenjangan harga sebesar 66 persen antara pasar rumah tapak dan apartemen,” ucap Prisca.

Di Crown Group, lanjut dia, telah melihat minat baru dalam pembelian apartemen terutama dari konsumen lokal yang menghuni yang ingin meningkatkan kualitas kehidupan mereka ke depan jika Lockdown Covid-19 terus berlanjut, yang tercermin dalam penjualan baru-baru ini.

“Sepanjang Lockdown Sydney terbaru, kami telah melihat permintaan yang lebih tinggi daripada sebelumnya, melihat tren yang berkelanjutan, saya tidak akan terkejut melihat harga segera naik,” tuturnya.

Baca Juga:  Hadir Dalam Forum Go Digital Pengusaha NU, Ini Pesan Ketua PW HPN Jabar

Senada dengan penjelasan tersebut, Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia Tyas Sudaryomo, menyampaikan bahwa seperti halnya pisau, pandemi Covid-19 ini memiliki 2 sisi yang saling bertentangan.

“Kita tidak menutup mata bahwa kerusakan yang dihasilkan oleh pandemi ini sangatlah luar biasa terutama jika dilihat dari varian baru yang lebih menular,” ujar Tyas.

Namun, disisi lain pandemi yang telah berjalan sekitar 1,5 tahun ini menciptakan kebiasaan baru terutama dalam hal keuangan. Baik itu dari sisi pemerintah maupun swasta dan rumah tangga.

“Kombinasi dari stimulan dan kebijakan bunga rendah pemerintah, ditambah pengeluaran rumah tangga yang jauh lebih selektif, jumlah populasi yang rendah karena penurunan angka imigrasi turut mempengaruhi kondisi pasar properti khususnya di Australia,” tandasnya. (Red)