Disebut Makanan Orang Kampung, Singkong Ternyata Sangat Digemari di Eropa dan Amerika

JABARNEWS | JAKARTA – Singkong merupakan jenis tanaman umbi yang banyak tumbuh di negara tropis seperti di Indonesia. Singkong bisa ditemukan dengan mudah di pasar tradisional.

Selain banyak disukai karena mengenyangkan, singkong harganya yang relatif murah. Meski demikian, singkong lekat dengan citra makanan orang kampung.

Padahal, singkong dari Indonesia kini sudah mendunia. Produk olahan singkong tak hanya digemari oleh orang Indonesia, tapi juga orang asing.

Baca Juga: Mendes PDTT Gus Halim: Santri Berperan Besar dalam Menggerakkan Ekonomi Desa

Baca Juga:  DPD RI: Pilkada Serentak 2020 Harus Lebih Baik

Plt Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita menyebutkan singkong merupakan pangan lokal alternatif.

Singkong jadi penghasil karbohidrat, selain beras dan jagung. Singkong berpotensi menjadi bahan pangan yang digemari semua kalangan masyarakat.

Singkong atau Manihot utilissima atau Manihot esculenta crantz dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan dan berpotensi besar untuk dikembangkan di pasar global.

Baca Juga:  Gempa Bermagnitudo 5,0 Guncangkan Pangandaran

Baca Juga: Luhut: Banyak Sekali Ketertinggalan di Selatan Jawa Barat, Harus Kita Kejar

“Singkong juga telah merambah pasar dunia, produk olahan singkong digemari di banyak negara Eropa dan Amerika sebagai panganan dan camilan premium,” kata Reni di Jakarta, Jumat 22 Oktober 2021.

Reni menyebutkan, beberapa provinsi penghasil utama singkong di Indonesia antara lain Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Merujuk data Trademap pada 2020, Indonesia telah mengekspor produk singkong beku sebanyak 16.529 ton ke luar negeri.

Baca Juga:  Hati-hati Bencana, Bima Arya Minta BPBD Kota Bogor Rutin Mitigasi

Baca Juga: Begini Tips Memilih Meja Makan Sebelum Membelinya, Simak!

Ekspor produk singkong itu nilainya mencapai 9,7 juta dolar AS, di mana terjadi peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai 4,1 juta dolar AS.

“Secara nilai meningkat sebesar 135 persen (yoy). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk umbi Indonesia memiliki potensi besar di pasar global,” kata Reni.***