Analisis Peran Aktor-Aktor dalam Menengahi Konflik Rusia denga Ukraina

Bendera Ukraina dan Rusia */pixabay/
Bendera Ukraina dan Rusia */pixabay/

Sebelum memasuki analisis terkait bagaimana peran berbagai aktor dalam menegahi konflik Rusia – Ukraina, latar belakang konflik tersebut harus dipahami terlebih dahulu.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Ukraina dan Rusia merupakan dua republik dalam negara Uni Soviet. Pada tahun 1991 Ukraina memutuskan untuk memisahkan diri dari Uni Soviet sebagai negara berdaulat melalui referendum. Republik-republik bekas bagian dari Uni Soviet yakni Rusia, Belarusia, dan Ukraina lantas mendirikan suatu badan bernama Commonwealth of Independent States (CIS), namun Ukraina merasa CIS hanyalah suatu alat bagi Rusia untuk mengintervensi dan memperkuat pengaruhnya di negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya (CNN, 2022).

Baca Juga:  AS Ogah Hadir di Pertemuan G20 Bali, Kalau Ada Rusia

Ketegangan awal tersebut dapat teratasi dengan perjanjian diantara keduanya pada tahun 1997. Akan tetapi, ketegangan kembali terjadi pada tahun 2014 ketika masyarakat Ukraina berhasil menjatuhkan presiden mereka, Viktor Yanukovych yang dinilai dekat atau menjadi ‘boneka’ Rusia. Imbas dari pergantian kepemimpinan Ukraina yang dinilai Rusia menjadi tidak bersahabat, Rusia pun menganeksasi Krimea dan mendukung beberapa kelompok separatis di bagian timur Ukraina sejak tahun 2014.

Baca Juga:  Eks Petinggi Sunda Empire Lord Rangga Percaya Diri Masuk Capres 2024

Rusia dan Ukraina sempat meredakan tensi dengan menghasilkan perjanjian damai Minsk pada tahun 2015, namun sejak saat itu hingga perang meletus hubungan keduanya tidak berjalan dengan baik. Beberapa hal melatarbelakangi hal tersebut seperti usaha Ukraina dalam mendekati NATO dan Uni Eropa yang dinilai Rusia sebagai ancaman terhadap keamanan, kedaulatan, dan pengaruh Rusia atas kawasan Eropa Timur.

Hingga awal tahun 2022, Ukraina yang dipimpin oleh Volodymyr Zelenskyy terus mendekatkan diri dengan Uni Eropa dan NATO dengan harapan Ukraina dapat tergabung ke dalam dua organisasi tersebut guna melindungi diri dari tekanan Rusia. Tensi tinggi ini pun memuncak pada Januari 2022 ketika Rusia mulai menempatkan jumlah pasukan yang besar di perbatasannya dengan Ukraina dengan alasan latihan militer. Konsentrasi pasukan yang besar terus dipertahankan Rusia hingga akhir Februari 2022 ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi khusus yang menandakan dimulainya perang terbuka diantara Rusia dan Ukraina hingga saat ini.

Baca Juga:  Soal Jamaah Tak Bisa Umrah di Jeddah, Emil: Kami Belum Terima Laporan