Begini Cara Memecah Pemicu Konflik Di  Tempat Kerja Antara Generasi Milenial Dan Leader

JABARNEWS | BANDUNG – Terdapat beberapa jarak antar generasi milenial saat di tempat kerja dengang leader perusahaan, hal ini kerap jadi pemicu konflik yang membuat pekerjaan jadi terhambat.

Dilansir JabarNews.com dari Suara.com  pada 22 Oktober 2021, pakar coaching yang kerap mendampingi generasi milenial di tempat kerja, Founder sekaligus CEO Hijrah Coach, Daru Demayanto, mengatakan bahwa pemicu konflik ini terjadi karena adanya perbedaan cara pandang alias mindset.

Sebagaimana diketahui, generasi X adalah umumnya mereka yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980. Sedangkan generasi Y atau generasi milenial adalah mereka yang lahir antara 1981 hingga 1995.

Baca Juga: Wah! Siti Nadia Tarmizi Sebut Kondisi Covid-19 Sekarang Hampir Sama saat Awal Pandemi 2020, Kok Bisa?

Baca Juga:  Perubahan Jadwal Kick Off, PT Liga Belum Respon

Baca Juga: Perempuan Bermental Baja Dan Cantik, Ini Ciri-cirinya

Ia mengatakan, pola pikir generasi milenial dengan generasi X sangatlah berbeda, yang tak jarang di mata generasi X sebagai pemimpin perusahaan, milenial dianggap punya sifat yang buruk dan susah diatur.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 22 Oktober 2021: Selamat! Ada yang Mendapatkan Kabar Baik Seputar Karir

Baca Juga: Geram Pembangunan Proyek Rusak Kawasan Adat, Majelis Adat Sunda Datangi DPRD Jabar

Begitu juga sebaliknya, generasi X dianggap kolot dan sulit untuk menerima ide serta gagasan terbaru dari generasi milenial.

Baca Juga:  Polres Cirebon Kota Tetapkan YW Pejabat Kota Cirebon Jadi Tersangka Proyek Jalan

“Akhirnya terbentuk pemahaman yang berujung pada gap atau jarak mental, artinya milenial dianggap begini dan begitu dalam konteksnya yang negatif,” ungkap Daru saat konferensi pers International Coaching Summit (ICF) 2021 di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Kamis (21/10/2021).

Padahal, kata Daru, bisa jadi maksud milenial baik, hanya saja cara berkomunikasi dengan pemimpin perusahaan belum tepat, sehingga tidak bisa diterima.

Bahkan acap kali, ide generasi milenial tidak bisa diterima karena dianggap tidak sesuai dengan pola pikir dan metode kerja tidak sama seperti generasi sebelumnya.

Baca Juga: Ekonomi Kreatif Jadi Fokus Pengembangan Potensi Jabar Selatan

Baca Juga:  Gojek Terang-terangan Enggan Beri THR Driver, Begini Penjelasannya

Baca Juga: Uu Ruzhanul Ulum Ingatkan Tiga Hak Pesantren, Apa Saja?

Kalau sudah begini, kata Daru, hal yang perlu dilakukan pemimpin perusahaan untuk menggandeng milenial bekerja sama, yakni dengan cara saling menyamakan persepsi, duduk bersama dengan pemikiran terbuka siap menampung ide setiap orang.

Baca Juga: Terkendala Transportasi, Polisi di Kabupaten Tasikmalaya Jemput Warga untuk Ikut Vaksinasi Covid-19

Baca Juga: Digeruduk BEM SI, DPRD Jabar Berjanji akan Lakukan Hal Ini

“Ketika hal tersebut bisa lebih dipahami, maka potensi bisa lebih disentuh, potensi cara bekerjasama, cara berkomunikasi bisa lebih tersentuh, awalnya dari persepsi dan mindset yang berbeda,” pungkasnya. ***