Dihadapan Ribuan Santri Purwakarta, Ma’ruf Amin Minta Didoain Jadi Wapres

JABARNEWS | PURWAKARTA – KH Ma’ruf Amin, diusianya sudah lanjut, mulanya dia ingin mewaqafkan sendiri ke Nahdlatul Ulama (NU), yaitu dengan selalu melakukan revitalisasi di Nahdlatul Ulama, atau melakukan terobosan-terobosan baru.

“Hanya saja Allah SWT, berkehendak lain, saya diminta untuk menjadi Wakil Presiden. Mudah-mudahan saya bisa memberikan yang terbaik bagi Bangsa Indonesia,” kata Kyai Ma’ruf Amin pada Tabligh Akbar memperingati Hari Lahir NU ke-93 dan Milad ke-26 Ponpes Al-Muhajirin di Ponpes Al-Muhajirin Kampus 2 Jalan Ipik Gandamanah, Sukamulya, Purwakarta, Sabtu (16/2/2019).

Baca Juga:  Sidak ke Apotek, Wabup Cianjur Minta Stok Obat dan Vitamin Tetap Tersedia

Di hadapan ribuan santri, Ma’ruf Amin meminta agar para santri tidak merasa minder. Karena banyak para pemimpin di Indonesia ini lahir dari kalangan santri. Semisal menjadi menteri dan gubernur.

“Nah kalau Gusdur santri bukan? Dia bahkan bisa menjadi Presiden. Jadi bukan tidak mungkin santri bisa mendapatkan jabatan yang tinggi. Oleh karenanya maka doakan saya juga dapat dipilih menjadi Wakil Presiden RI agar dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa, “ucapnya.

Kyai Ma’ruf pun berpesan untuk santri yang ada di pesantren Al Muhajirin, untuk terus meningkatkan potensinya. Karena tidak mungkin Presiden RI akan hadir dari pesantren di Purwakarta ini. Selain itu, Kyai Ma’ruf juga mengurai sejarah penetapan hari santri nasional. Hadirus Syaikh, KH Hasyim Asyari.

Baca Juga:  Anak-anak Bersama Prajurit TNI Bermain Permainan Tradisional

“Pada saat itu kemerdekaan sudah diraih bangsa Indonesia, namun penjajah berhasil untuk menguasai Indonesia lagi,” tuturnya.

Menurut Kiai Ma ‘ ruf resolusi jihad inilah yang membantu memulihkan semangat Bung Tomo di Surabaya. Lebih menantang pada 10 November 1945.

Baca Juga:  Warga Binaan Lapas Purwakarta Dianiaya Polisi, Benarkah?

“Bung Tomo mengeluarkan pekik Allahu Akbar-nya berdasarkan resolusi jihad dari KH Hasyim Asyari,” ucapnya.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa pekik Allahu Akbar yang dikumandangkan di radio inilah yang membakar semangat para pejuang di Surabaya.

“Hanya saja jika tidak ada resolusi jihad, hal ini sulit terwujud. Apalagi tidak semua orang memiliki radio pada saat itu. Demi menghormati resolusi jihad ini oleh karenanya sejak 2016 lalu, 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional,” pungkasnya. (Gin)

Berita Jabar | Berita Jawa Barat