Fenomena Kebakaran Hutan Kembali Terjadi di Indonesia

JABARNEWS | BOGOR – Fenomena kebakaran hutan dan lahan kembali melanda sejumlah provinsi di Indonesia. Saat ini, 6 dari 18 provinsi yang rawan terjadi kebakaran telah ditetapkan berstatus siaga darurat, diantaranya Kalimantan Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jambi.

BMKG sudah memprediksi bahwa musim kemarau di Indonesia akan berlangsung panjang dan potensi untuk terjadinya kebakaran sangat tinggi. Namun hal ini tidak diikuti dengan tindakan pencegahan oleh pemerintah.

Direktur Eksekutif Sawit Watch, Indah Fatin aware mengatakan upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani kebakaran hutan dan lahan, belum optimal.

Terbukti sejumlah provinsi langgangan kebakaran hutan dan lahan harus kembali ‘memanas’ di musim kemarau tahun ini.

Baca Juga:  Bupati Purwakarta Gerak Cepat Tangani Longsor Pondoksalam

“Kondisi kekeringan ini telah diprediksi dan disampaikan oleh BMKG sejak dari beberapa waktu yang lalu. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada 2015 lalu, masih menyisakan duka bagi bangsa ini, ” kata Indah dalam keterangan tertulisnya kepada Jabarnews.com, Jumat (9/8/2019).

Hal itu kata Indah, akibat ulah pihak-pihak yang tak bertanggung jawab serta minimnya tindakan pencegahan, menyebabkan timbulnya sejumlah kerugian.

Tak hanya kerugian materil melainkan kerugian moril yang juga harus ditanggung oleh masyarakat Indonesia. Fenomena ini harusnya menjadi pembelajaran berharga bagi bangsa Indonesia tetapi sangat disayangkan pemerintah gagal mencegah hal ini semakin meluas.

Merujuk data BMKG, sejumlah wilayah seperti Pulau Sumatera di bagian Selatan dan sebagian besar wilayah Kalimantan dan Selatan Pulau Sulawesi akan memasuki fase puncak kemarau pada Agustus ini.

Baca Juga:  Dampak Pengalihan Penerbangan ke BIJB, Ekonomi Majalengka Mulai Menggeliat

“Jika dihubungkan dengan prakiraan sifat hujan Indonesia 2019, maka wilayah-wilayah yang perlu diwaspadai karena memiliki sifat hujan di musim kemarau yang di bawah normal, yaitu di wilayah Kalimantan Tengah bagian Selatan, Sulawesi Tenggara (Konawe), Sulawesi Selatan (Wajo), Lampung (Lampung Tengah dan Tulang Bawang), Sumatera Selatan (OKU Timur), Jambi (Tanjabtim dan Kerinci), Riau (Rokan Hulu), Sumatera Utara (Padang Lawas dan Padang Lawas Utara), dan Aceh (Aceh Tengah), ” bebernya.

Menurut data NASA Fire Information for Resource Management System (FIRMS), berdasarkan dari pantauan satelit terra dan aqua MODIS (dengan tingkat kepercayaan >= 85%), terdapat 1.148 titik api tersebar di seluruh Indonesia selama periode 1 April – 6 Agustus 2019.

Baca Juga:  Pengrajin Mebel Senang Adanya Program TMMD

Dari data ini dapat diihat bahwa terdapat lonjakan angka titik api yang ditemukan di bulan Juli, sebanyak 433 titik api.

Bahkan lebih parahya, dibulan Agustus yang hanya 6 hari saja, sudah ditemukan sebanyak 421 titik api, angka ini kami yakini akan terus bertambah atau bahkan menjadi bulan dengan jumlah titik api terbanyak, karena melihat puncak musim kemarau yang akan terjadi pada bulan Agustus ini. (Kis)

Jabar News | Berita Jawa Barat