Daerah

Lawangwangi Creative Space Gelar Pameran Tunggal Lian Sahar: Diam yang Bergerak

×

Lawangwangi Creative Space Gelar Pameran Tunggal Lian Sahar: Diam yang Bergerak

Sebarkan artikel ini
Lawang Wangi
Pameran karya Lian Sahar pada Jumat (21/2/2024) petang di Lawangwangi Creative Space, Lembang, Jawa Barat. (Foto: Istimewa).

JABARNEWS | BANDUNGLawangwangi Creative Space menggelar pameran tunggal Lian Sahar pada semester pertama tahun 2025. Lian Sahar (1933-2010) adalah perupa, desainer, serta mantan pengajar desain reklame dan interior di STSRI-ASRI (sekarang ISI Yogyakarta).

Seniman asal Aceh ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di Yogyakarta sebagai manajer Studio Pualam Timur (SPT), perusahaan desain yang serupa dengan Decenta (Design Center Association) di Bandung. Ia menempuh pendidikan seni di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga:  Galeri G Sidharta di Lawangwangi Jadi Titik Awal Lahirnya Museum Seni Rupa Ikonik Indonesia

Pameran tunggal ini mengusung tajuk Diam yang Bergerak dan dikuratori oleh Heru Hikayat serta M. Dwi Marianto. Sebanyak 64 karya drawing dan lukisan di atas kertas ditampilkan dalam pameran ini, termasuk empat lukisan di atas kanvas dan satu karya di atas panel kayu dengan konsep optical art. Kategori karya yang dipamerkan mencakup desain poster, potret, figuratif, dan abstrak.

Baca Juga:  Pasar Gedebage dalam Sorotan: DPRD Bandung Siap Kawal Aspirasi Pedagang

Heru Hikayat mencatat bahwa Lian Sahar merupakan sosok seniman yang terpinggirkan dalam sejarah seni rupa Indonesia, meskipun ia berpartisipasi dalam berbagai pameran penting. Salah satunya adalah Pameran Besar Seni Lukis Indonesia, yang kemudian berkembang menjadi Biennale Jakarta.

Baca Juga:  Paris Gelar Pameran Semarakkan Mei Bulan Menggambar di Purwakarta

Lian Sahar ikut serta dalam edisi 1974, memenangkan penghargaan terbaik pada 1976, dan terus berpartisipasi hingga Biennale Jakarta 2006. Selain itu, ia juga terlibat dalam Festival of Indonesia (KIAS) di Amerika Serikat pada 1990-1991, yang menjadi ajang diplomasi budaya Indonesia.

Pages ( 1 of 3 ): 1 23