JABARNEWS| BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung menargetkan pencapaian Three Zero pada tahun 2030. Target ini mencakup nol infeksi HIV baru, nol kematian akibat AIDS, serta nol stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (Odhiv).
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa keberhasilan program ini bergantung pada komitmen bersama. “Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus sama-sama berkomitmen dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dengan strategi STOP (Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan),” ungkapnya dalam kegiatan Spiritual Building bagi komunitas dan penggiat HIV/AIDS di Aula Masjid Agung Al Ukhuwah, Kamis, 6 Maret 2025.
Kunci Penanggulangan HIV/AIDS
Strategi STOP menjadi landasan utama dalam upaya pencegahan dan pengobatan. Strategi ini melibatkan empat langkah:
1. Suluh – Edukasi masyarakat mengenai HIV/AIDS.
2. Temukan – Deteksi dini bagi kelompok berisiko.
3. Obati – Memastikan akses pengobatan yang mudah dan berkelanjutan.
4. Pertahankan – Pendampingan bagi Odhiv agar tetap menjalani pengobatan secara konsisten.
Menurut Farhan, keberhasilan strategi ini bergantung pada kerja sama semua pihak. Pemerintah, tenaga medis, komunitas, serta masyarakat harus saling mendukung.
Tantangan Besar: Stigma dan Diskriminasi
Meskipun langkah medis sudah tersedia, stigma dan diskriminasi masih menjadi kendala utama. “Tantangan terbesar dalam upaya ini bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga dari stigma dan diskriminasi yang masih melekat di masyarakat,” tegas Farhan.
Banyak Odhiv enggan memeriksakan diri atau menjalani pengobatan karena takut dikucilkan. Hal ini berisiko memperburuk kondisi kesehatan mereka dan meningkatkan penyebaran HIV di masyarakat. Oleh karena itu, Farhan menekankan pentingnya pendekatan holistik.
Pendekatan Holistik: Medis dan Spiritual
Penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya mengandalkan aspek medis. Dibutuhkan keseimbangan antara fisik, mental, dan spiritual. “Melalui acara ini, kita ingin menguatkan kembali bahwa penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan secara komprehensif, dengan menggabungkan pengobatan medis dan kekuatan spiritual,” jelasnya.
Dengan pendekatan ini, Odhiv tidak hanya mendapat akses ke layanan kesehatan tetapi juga dukungan moral. Komunitas dan keluarga berperan penting dalam membangun kepercayaan diri mereka.
Data HIV/AIDS di Kota Bandung
Ketua Panitia Spiritual Building untuk Komunitas dan Penggiat HIV/AIDS, Maya, mengungkapkan bahwa sejak 1991 hingga Januari 2025, jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Bandung telah mencapai 9.784 orang.
Namun, hanya 6.370 Odhiv atau sekitar 65% yang patuh menjalani pengobatan. “Ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan besar dalam memastikan setiap Odhiv mendapatkan akses pengobatan dan dukungan sosial yang memadai,” bebernya.
Kolaborasi untuk Bandung Sehat dan Inklusif
Wali Kota Bandung optimis target Three Zero dapat tercapai jika semua pihak bekerja sama. “Mari kita bersama wujudkan Kota Bandung yang sehat, inklusif, dan penuh kepedulian,” tuturnya.
Di sisi lain, Maya menambahkan bahwa acara ini mengusung tema “Satukan Hati, Kuatkan Diri, Bersama Tebar Cinta”. Tema ini mengingatkan bahwa perjuangan melawan HIV/AIDS harus dilakukan bersama-sama.
“Kita tidak pernah benar-benar sendiri. Ketika bersatu dengan hati yang penuh semangat dan saling mendukung, kita akan menemukan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan,” tutupnya.(Red)