JABARNEWS| BANDUNG – Mengusung tema perjuangan hak perempuan, SMAN 4 Bandung menghadirkan pertunjukan teater Suffragette: The Price of Freedom sebagai wujud nyata pendidikan nilai kesetaraan gender melalui seni dan budaya. Melalui kisah dramatis tentang gerakan perempuan pada awal abad ke-20, pertunjukan ini tidak hanya menghadirkan hiburan yang menggugah. Namun secara mendalam juga mengajak penonton untuk merenungkan kembali pentingnya hak asasi manusia. Khususnya dalam konteks keadilan dan kesetaraan di era modern saat ini.
Panggung Seni Sebagai Sarana Edukasi
Pertunjukan drama ini bukan sekadar tontonan. Lebih dari itu, ia hadir sebagai medium reflektif yang menyuarakan keadilan dan persamaan hak. Dengan latar sejarah gerakan suffragette, cerita mengalir menggugah kesadaran tentang perjuangan perempuan dalam meraih hak suara di tengah dominasi sistem patriarki.
SMAN 4 Bandung menampilkan pertunjukan ini pada hari ini, Rabu, 30 April 2025, di Hall SMAN 4 Bandung, Jalan Gardujati No. 20, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Acara juga dapat disaksikan melalui kanal YouTube G-four Bersahaja, tepatnya pada penampilan kelima pukul 10:55 hingga 11:25 WIB.
Perjuangan yang Menyentuh Nurani
“Suffragette: The Price of Freedom” menyajikan kisah para perempuan pemberani yang menolak tunduk pada ketidakadilan. Mereka berjuang di tengah tekanan sosial, diskriminasi hukum, dan ketidaksetaraan yang mencengkeram. Dalam suasana dramatis, penonton seakan ditarik masuk ke dalam realita sejarah yang penuh pengorbanan dan harapan.
Tokoh utama digambarkan berani, pantang menyerah, dan penuh semangat dalam memperjuangkan suara kaumnya. Cerita mengalir emosional, menampilkan ketegangan dan keharuan dalam setiap adegan. Tak hanya menggugah rasa, tetapi juga membuka wawasan.
Karya Siswa, Kualitas Profesional
Seluruh produksi drama ini merupakan buah tangan siswa kelas XI-7. Mereka bekerja dengan dedikasi tinggi. Khansa Khairunisa bertindak sebagai Kepala Produksi. Sementara itu, Muhammad Fikri dan Violla Juliana memegang peran penting sebagai sutradara. Mochammad Faisal Kurniawan menulis naskah yang penuh makna dan narasi yang kuat.
Tim musik mempercayakan pengolahan audio kepada Cantika Laila dan Salwa Fahria. Mereka menciptakan nuansa yang menyatu dengan alur cerita. Tata rias dan busana ditangani dengan cermat oleh Mochammad Faisal Kurniawan bersama Violla Juliana dan Marsya Regina. Kehadiran mereka memperkuat kesan visual dan karakterisasi pemain.
Tak kalah penting, koreografi yang digarap oleh Salwa Sabrina dan Marsya Regina memberikan dimensi gerak yang dinamis dan artistik, membuat pentas semakin hidup.
Dekorasi dan Promosi: Satu Kesatuan Estetika
Estetika panggung juga menjadi perhatian utama. Raisya Mahran dan Naura Rebella menata dekorasi yang mendukung atmosfer cerita. Untuk publikasi dan dokumentasi, Mochammad Faisal dan Aulia Asshofia bekerja teliti. Hasil kerja mereka dapat terlihat dalam dokumentasi visual yang menyentuh dan komunikatif.
Poster acara yang memikat serta teaser yang menggugah disusun oleh Muhammad Raid, Raisya Mahran, Aulia Asshofia, Naura Rebelia, dan Aurellia Indriani. Mereka memanfaatkan platform digital untuk menciptakan gaung yang meluas. Upaya promosi ini berhasil membangun antusiasme tinggi di kalangan siswa, guru, dan masyarakat luas.
Pesan Sosial yang Menjangkau Semua Kalangan
Panitia penyelenggara menyadari pentingnya menjangkau penonton dari berbagai latar belakang. Oleh karena itu, mereka membuka pertunjukan ini bagi siapa saja yang peduli pada seni, sejarah, dan hak asasi manusia.
“Pertunjukan ini bukan hanya untuk penggemar teater. Ini untuk siapa pun yang ingin memahami perjuangan perempuan dan belajar dari sejarah,” ujar salah satu panitia.
Dengan pendekatan humanistik dan narasi yang kuat, drama ini memberikan ruang bagi penonton untuk merenung. Ia mengajak semua pihak untuk terus mendukung keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.
Seruan untuk Tidak Lupa
Pada akhirnya, Suffragette: The Price of Freedom menjadi panggilan untuk tidak melupakan perjuangan perempuan masa lalu. Pertunjukan ini mengajak masyarakat mengingat bahwa hak yang kini dinikmati tidak hadir tanpa perjuangan.
Melalui pementasan yang menyentuh dan edukatif, SMAN 4 Bandung membuktikan bahwa seni mampu menjadi suara perubahan. Sebuah panggung kecil di sekolah bisa menjadi cermin besar bagi kesadaran sosial dan kemanusiaan.
So, jangan lewatkan pertunjukan drama yang menginspirasi ini, baik secara langsung di Hall SMAN 4 Bandung, maupun melalui kanal YouTube G-four Bersahaja. Mari rayakan semangat kebebasan dan keadilan bersama! ( Red)