JABARNEWS | JAKARTA – Pemerintah mengakui kenaikan harga sejumlah komoditas pangan nasional terjadi akibat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah.
Program MBG ini meningkatkan permintaan bahan makanan pokok dan mendorong inflasi pangan (volatile foods) hingga mencapai 6,44% secara tahunan (YoY) pada September 2025. Angka tersebut melampaui target inflasi umum sebesar 2,5±1% sepanjang tahun.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebut lonjakan harga pangan tersebut terjadi karena percepatan implementasi program MBG di lapangan.
“Dan itu juga memang terakhir ini kan diakselerasi percepatan makanan bergizi, itu luar biasa. Sehingga telur, ayam itu ada kenaikan kira-kira 6-7%, ya gitu,” ujar Zulhas usai menghadiri Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Zulhas menegaskan pemerintah menyiapkan langkah jangka menengah untuk mengendalikan inflasi pangan. Ia mendorong percepatan program swasembada pangan agar pasokan kembali stabil.
“Tahun depan swasembada pangan harus kita percepat lagi, apakah telur, ayam, ikan, dan seterusnya, yang kita memang perlu waktu untuk membangun. Sedangkan makan bergizi ini kan percepatannya di akhir tahun luar biasa, sehingga itu mempengaruhi,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi I Kemenko Perekonomian Ferry Irawan memastikan inflasi umum masih terkendali di level 2,65% YoY pada September 2025. Namun, ia menilai lonjakan harga pangan perlu penanganan cepat.
“Nanti dengan serangkaian kebijakan yang kita lakukan, memudahkan ini [inflasi volatile foods] bisa kita jaga di level di bawah 5% sesuai dengan arahan dari high level meeting di Tim Pengendali Inflasi pusat,” kata Ferry dalam acara yang sama.
Sebelumnya, Peneliti Senior LPEM FEB UI Vid Adrison menilai lonjakan harga pangan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan permintaan akibat program MBG.
Ia menegaskan dampak kenaikan harga paling berat dirasakan masyarakat miskin.
“Kenaikan harga ini akan dirasakan oleh setiap pihak. Yang paling berat adalah bagi masyarakat miskin. Bagi mereka, ketika harga makanan naik, dampaknya sangat besar terhadap biaya kehidupan,” ujar Vid di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (29/9/2025).
Menurutnya, kondisi tersebut bisa memaksa pemerintah mengeluarkan anggaran lebih besar untuk program bantuan sosial.(red)





