Dalam kasus TPSA Cimenteng, pengelolaannya dilakukan bersama PT Semen Jawa sebagai offtaker sekaligus pengguna bahan bakar RDF.
“Ini contoh yang baik di Kabupaten Sukabumi. Kita akan dorong replikasi di daerah lain. Kuncinya kerja sama dengan offtaker, yang mengelolanya langsung dari PT Semen Jawa,” jelasnya.
Dari sisi ekonomi, RDF juga dinilai menguntungkan. Herman menyebut, biaya produksi RDF di TPSA Cimenteng berkisar Rp 200 ribu per ton, sementara pihak offtaker membelinya dengan harga sekitar Rp 300 ribu per ton.
“Jadi secara ekonomi bisa dipertanggungjawabkan. Ada selisih sekitar Rp 100 ribu per ton,” ucapnya.