Dalam cerita rakyat setempat, Bebegig dulu digunakan untuk menakut-nakuti orang jahat yang hendak merusak desa dekat hutan larangan bernama Tawang Gantungan.
Hutan itu berada di selatan Desa Sukamantri dan dipercaya sebagai bekas kerajaan yang dipimpin Prabu Sampulur. Ia memasang topeng-topeng raksasa di pepohonan desa agar roh jahat maupun niat buruk menjauh.
Versi lain menyebutkan bahwa topeng Bebegig adalah representasi pasukan Majapahit yang menyerang Kerajaan Sunda saat insiden Bubat. Ketika Putri Dyah Pitaloka hendak dipinang Hayam Wuruk, rombongan Kerajaan Sunda justru disergap oleh prajurit bertopeng besar.
Pertunjukan Bebegig ditampilan oleh beberapa pria yang memakai topeng khas Sukamantri, diiringi musik tradisional Sunda. Para penari membawa senjata tajam seperti golok dan bergerak mengikuti irama, menciptakan suasana magis dan dramatis.
Topeng Bebegig dibuat secara tradisional dari ijuk, bubuay, dan daun waregu, dengan bobot mencapai 40 kilogram.