“Saat itu saya sedang menyuapi anak makan, terdengar suara gemuruh keras. Ketika saya lihat ke luar rumah, TPT di depan sudah ambrol,” tuturnya.
Karena panik dan khawatir rumahnya ikut terdampak, Saepuloh segera menyelamatkan istri dan anaknya. Ia baru mengetahui ada korban setelah warga lain melakukan evakuasi.
Polisi menduga longsornya TPT disebabkan oleh curah hujan yang tinggi serta kondisi tanah yang labil di lokasi tersebut.
“Diduga kuat karena hujan intens dan kontur tanah tidak stabil. Ini menjadi perhatian ke depan, terutama untuk infrastruktur di area rawan longsor,” jelas Iptu Ali.
Saat ini, jasad korban telah dimakamkan di pemakaman keluarga. Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi warga sekitar dan menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, terutama saat musim hujan.