Warga yang ingin pergi sekolah atau berbelanja terpaksa menggunakan perahu, sebab berjalan kaki berisiko terperosok ke empang di kanan-kiri jalan yang tertutup air.
Situasi itu membuat sebagian warga memilih angkat kaki dari kampungnya. Namun tidak semua memiliki kemampuan finansial untuk pindah. Sebagian besar hanya pasrah, bertahan dalam rumah yang setiap hari dikepung air asin.
Relokasi 200 rumah menjadi awal penataan kawasan pesisir Eretan. Pemerintah daerah kini diminta mempercepat pendataan dan memastikan warga mendapatkan hunian lebih aman, jauh dari ancaman gelombang laut yang semakin menggerus daratan.
Jika dikelola secara serius, upaya itu bukan sekadar memindahkan rumah, tetapi memutus siklus bencana yang terus berulang. Pesisir yang selama ini dikalahkan laut, mulai diberi kesempatan untuk memulihkan diri. (kom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




