“Cahaya Al-Qur’an harus masuk ke relung hati penyelenggara agar bertindak adil. Masuk ke hati gubernur agar membuat kebijakan dengan adil. Masuk ke hati bupati agar masyarakat diperlakukan dengan adil,” ucapnya.
KDM juga mengangkat filosofi bahwa Al-Qur’an bukan hanya teks suci, tetapi hadir dalam bentuk alam semesta seperti gunung, matahari, sungai, dan bintang yang semuanya bertasbih kepada Allah.
“Surau-surau akan menjadi lentera penggerak jika Al-Qur’an telah menjadi cahaya dalam hidup kita. Kita akan menjadi manusia paling bersyukur karena Al-Qur’an diturunkan di tengah tanah tandus Jazirah Arab sebagai cahaya bagi hati yang kering,” ujarnya penuh makna.
Menurut KDM, hati yang lembut adalah syarat mutlak untuk menerima cahaya Al-Qur’an. Ia mencontohkan Rasulullah SAW sebagai pribadi yang paling lembut hatinya, sehingga layak menerima kalam ilahi.
“Dari kelembutan hati akan lahir kekuatan spiritual yang mampu meredam badai dan mengubah debu menjadi ketenangan,” tambahnya.