Kondisi itu, kata dia, memungkinkan industri pertahanan dalam negeri seperti PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Pindad mengembangkan produksinya di lokasi tersebut.
“Industri pesawat seperti PTDI dan industri persenjataan melalui Pindad bisa berputar di Kertajati. Hanggarnya tersedia, landasan pesawat sudah cukup. Bahkan pesawat tempur pun bisa berada di sana karena wilayahnya terbuka dan tidak menimbulkan kecemasan,” kata Dedi.
Ia menegaskan fungsi pertahanan tidak akan menutup peluang Kertajati tetap beroperasi sebagai bandara komersial.
Dedi mencontohkan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta yang melayani penerbangan sipil sekaligus menjadi basis militer.





