Ceceng menilai, jika pihak Trans7 benar-benar beritikad baik terhadap dunia pesantren, semestinya mereka menghadirkan tayangan yang menggambarkan kehidupan santri secara utuh mulai dari peran pesantren dalam pendidikan karakter, kontribusinya terhadap bangsa, hingga pengabdian para kiai bagi masyarakat.
“Jangan hanya mengejar sensasi. Pesantren itu benteng moral bangsa. Banyak jasa pesantren bagi negara ini yang seharusnya diangkat dengan penghormatan, bukan dipotong-potong secara tidak proporsional hingga menimbulkan tafsir yang menyesatkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, perdebatan di masyarakat kini bukan hanya soal isi tayangan, melainkan soal sikap media terhadap nilai-nilai keislaman dan penghormatan terhadap ulama.
Karena itu, pihaknya mendukung langkah-langkah boikot Trans7 yang digaungkan kalangan santri sebagai bentuk aspirasi moral, hingga ada klarifikasi dan permintaan maaf resmi dari pihak televisi tersebut.(rls)