Namun pembangunan ini tidak lepas dari kritik. Dosen arsitektur ITB, Agus Suharjono Ekomadyo, mempertanyakan konsep dan semangat yang digunakan dalam merancang gerbang baru tersebut. Ia mengaku terkejut karena pembangunan dilakukan mendadak dan tanpa diskusi terbuka.
Agus menilai Gedung Sate adalah karya arsitektur yang memadukan unsur Eropa dengan local wisdom secara kreatif. Setiap elemen dari proporsi kepala-badan-kaki hingga bentuk atap dirancang dengan cerita dan filosofi.
“Ada proses kreatif dalam adopsinya. Tidak asal jiplak,” tegasnya.
Ia menyayangkan bahwa renovasi monumental tersebut tidak melibatkan publik maupun pakar. Bahkan Agus mendesak Pemprov Jawa Barat meminta maaf serta mengakui kekeliruan prosedur.
“Menurut saya salah, karena publik dan expert tidak diajak ngobrol. Ini melanggar undang-undang partisipasi publik,” ujarnya.





