Situasi tersebut memicu krisis tempat tinggal. Warga di zona merah terpaksa mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga yang dianggap lebih aman, meski harus berdesakan dalam satu bangunan.
“Malam tadi satu rumah bisa diisi dua sampai empat keluarga. Mereka takut karena rumahnya bergerak dan air masuk,” kata Hasyim.
Kejadian ini menambah panjang daftar penderitaan warga Kampung Gempol yang telah lebih dari satu tahun hidup dalam ketidakpastian relokasi. Sebelumnya, warga bahkan sempat membentangkan spanduk protes mempertanyakan kepastian pemindahan permukiman dari zona rawan bencana.
Ratusan warga yang sempat mengungsi pascabencana tahun lalu perlahan kembali ke rumah mereka karena keterbatasan biaya sewa dan belum adanya kepastian lahan relokasi dari pemerintah daerah. Hingga kini, sebagian warga masih bertahan di bangunan yang kondisinya semakin mengkhawatirkan, sambil menunggu kejelasan langkah penanganan jangka panjang. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





