Seluruh rumah warga di kampung terujung Purwakarta ini berbentuk panggung dengan arsitektur tradisional khas pedesaan Sunda.
Masyarakat di kampung ini juga masih melestarikan kesenian tradisional tutunggulan yang biasanya digelar saat acara pernikahan atau khitanan. Warga Kampung Bojong Honje mayoritas berprofesi sebagai petani dengan cara bertani tradisional menggunakan kerbau.
Produk lokal masyarakat pun beragam, mulai dari gula aren, wajit, manisan pala, hingga gegeplak. Beberapa rumah panggung dijadikan homestay bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan.
Tak hanya budaya, wisata alam Purwakarta ini juga memiliki sejumlah air terjun, seperti Curug Keramat, yang sering dikunjungi wisatawan dan warga sekitar.
Dilansir dari berbagai sumber, nama Bojong Honje berasal dari kata “bojong” yang berarti kebun dan “honje” yang berarti tanaman kecombrang. Dahulu kawasan ini merupakan hutan honje yang luas sebelum berkembang menjadi desa wisata Bojong Honje Purwakarta yang dikenal saat ini.