“Sudah ada komitmen bahwa penyelesaian akan dipercepat,” jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini masih banyak warga yang tinggal di zona merah bencana dan sebagian lainnya menempati hunian sementara yang tidak layak huni, terlebih di tengah musim hujan dan angin kencang.
“Kondisinya sangat memprihatinkan. Pergeseran tanah masih terus terjadi secara berkala, dan banyak warga, termasuk anak-anak serta lansia, hidup di bawah ancaman bahaya,” ungkapnya.
Khoirul menegaskan bahwa mahasiswa bersama warga mendesak pemerintah agar segera menyalurkan DTH dan memberikan kepastian mengenai relokasi warga terdampak. Berdasarkan data yang dihimpun, bencana pergeseran tanah berdampak pada 25 desa di sejumlah kecamatan, terutama di wilayah selatan Cianjur.
Sementara itu, Asisten Daerah (Asda) I Sekretariat Daerah Cianjur, Arief Purnawan, menyampaikan bahwa pihaknya menerima aspirasi mahasiswa dan masyarakat dengan baik. Ia menegaskan pemerintah memahami situasi dan tuntutan yang disuarakan para peserta aksi.





