Fidya mengungkapkan bahwa alasannya meninggalkan rumah adalah karena mengalami kekerasan sejak kecil.
“Sejak umur lima tahun, saya pernah dijambak, ditendang, dan diseret oleh bapak saya. Itu terus terjadi hingga saya dewasa,” tuturnya.
Sebagai atlet, Fidya merasa hidupnya penuh tekanan, baik fisik maupun mental. Ia mengaku kerap mendapatkan kekerasan dan harus menyerahkan seluruh uang hasil pertandingannya kepada orang tuanya.
“Setiap saya kalah, saya pasti mendapat tekanan fisik dan verbal. Saya bingung harus berbicara kepada siapa karena merasa tidak akan ada yang percaya,” ujarnya.