JABARNEWS| BANDUNG – Untuk mencetak relawan yang tidak hanya tanggap, tetapi juga terampil dan terkoordinasi dalam menghadapi bencana, BAZNAS Provinsi Jawa Barat menggelar Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) dan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Relawan se-Jawa Barat.
Selama 72 jam penuh di Kabupaten Sumedang, sebanyak 54 peserta dari berbagai kota dan kabupaten mengikuti pelatihan intensif yang dirancang sebagai langkah strategis memperkuat sinergi, membangun ketangguhan, dan meneguhkan peran relawan sebagai garda terdepan dalam layanan kemanusiaan.
Memperkuat Pilar Kemanusiaan Daerah
Kegiatan ini dirancang sebagai bagian dari upaya membekali para relawan dengan kemampuan teknis dan praktis di bidang penanggulangan bencana. Tujuan utamanya adalah menciptakan fasilitator tanggap bencana yang profesional, siap bertindak di lapangan, serta mampu memimpin pelatihan serupa di wilayah masing-masing.
Lebih jauh, agenda ini sejalan dengan Kerangka Kerja Sendai 2015–2030. Fokus utamanya adalah pengurangan risiko bencana dan dampak kerugian melalui pendekatan berbasis komunitas dan kolaborasi antarlembaga.
Tiga Hari, Tiga Fokus Utama
Rangkaian pelatihan terbagi menjadi tiga mata acara utama. Pertama, Pelatihan Fasilitator yang membekali peserta dengan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan teknik fasilitasi pelatihan. Kedua, Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana, yang mengulas struktur komando dan mekanisme koordinasi saat krisis. Ketiga, Simulasi Bencana, yang menjadi ajang praktik langsung bagi peserta menerapkan ilmu yang diperoleh.
Para peserta mendapatkan materi strategis dari pemateri profesional yang berpengalaman dalam kebencanaan. Materi meliputi pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, pemetaan wilayah rawan bencana, sistem peringatan dini, pembagian peran di lapangan, hingga strategi leveling komando.
Standardisasi dan Koordinasi Lebih Terarah
Melalui kegiatan ini, BAZNAS Jawa Barat menargetkan terbentuknya standar penanganan bencana yang lebih sistematis dan terpadu. Koordinasi antara unit BAZNAS kota/kabupaten menjadi kunci utama agar respons bencana berjalan cepat dan efisien.
Penyelenggara membekali peserta dengan pengetahuan dan simulasi langsung agar mereka mampu menjadi fasilitator yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dalam mengurangi risiko bencana di daerah masing-masing.
Relawan, Garda Terdepan Pelayanan Mustahik
Wakil Ketua II BAZNAS Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Ali Khosim, S.H.I., M.Ag., dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran relawan sebagai ujung tombak dalam layanan kemanusiaan, terutama dalam kondisi darurat.
“Kegiatan ini bukan hanya sebatas pelatihan teknis, tetapi juga merupakan investasi sosial yang penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan siap siaga menghadapi bencana. Relawan adalah ujung tombak BAZNAS dalam memberikan layanan terbaik kepada mustahik, termasuk dalam kondisi darurat sekalipun,” ungkapnya.
Sinergi untuk Masa Depan yang Lebih Tangguh
Melalui kegiatan ini, BAZNAS tidak hanya memperkuat kapasitas individu, tetapi juga membangun jaringan kolaboratif antarlembaga. Harapannya, relawan yang telah terlatih dapat menjadi motor penggerak ketangguhan wilayah. Hal ini akan menjadi simpul penting dalam sistem perlindungan sosial di saat krisis.
Pelatihan ini juga membuka ruang untuk replikasi model pelatihan serupa di tingkat daerah, sehingga dampaknya dapat menyentuh lebih banyak lapisan masyarakat. Dengan semangat kebersamaan dan kesiapsiagaan, BAZNAS Jawa Barat menegaskan komitmennya dalam melindungi mustahik dan masyarakat dari risiko bencana secara berkelanjutan.(Red)