“Saya melihat Gedung Sate sangat estetik, tapi lingkungan sekitarnya nggak match. Bangunan sekitar Gedung Sate itu tidak chemistry dengan Gedung Sate, jadi seolah-olah gedung itu berdiri sendiri,” ucapnya.
Dedi menggagas keselarasan desain seluruh bangunan agar kawasan itu kembali merepresentasikan simbol keberhasilan pembangunan.
“Gedung Sate itu simbol representasi keberhasilan pembangunan era zaman itu. Lalu kita renovasi kembali untuk menyesuaikan representasi keberhasilan pembangunan era zaman sekarang,” ujarnya.
Selain itu, desain arsitektur gapura baru mengadopsi filosofi nilai-nilai dari seluruh daerah di Jawa Barat, sebagai bentuk harmonisasi budaya dalam kawasan pemerintahan provinsi.(red)





