Badan Geologi Kementerian ESDM menjelaskan bahwa gerakan tanah susulan telah terdeteksi sejak 20 April, 23 April, 19 Mei, 21 Mei, hingga terakhir 14 Juni 2025.
Wilayah terdampak berada pada ketinggian sekitar 370 mdpl, di kawasan perbukitan dengan lereng cukup curam, serta tersusun atas endapan aluvium tua, konglomerat, dan batu pasir tufan batuan yang tergolong rentan terhadap gerakan tanah.
Menurut Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, lokasi bencana termasuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi, terutama bila curah hujan tinggi.
“Faktor utama adalah kemiringan lereng, tanah pelapukan yang tebal dan poros, serta curah hujan yang tinggi sehingga membuat tanah jenuh air,” kata Wafid dalam keterangan tertulisnya.
Dengan masih berlangsungnya gerakan tanah susulan, pemerintah daerah bersama Badan Geologi dan BPBD sedang menyiapkan relokasi jangka menengah, sembari terus melakukan pemantauan lapangan.