Perubahan nama rumah sakit yang kini menjadi RS Welas Asih disebut sebagai bagian dari proses rebranding dan konsolidasi aset publik, menyusul alih kelola dan peningkatan status pelayanan kesehatan.
Namun, perubahan nama ini menuai kritik keras dari sejumlah kalangan, terutama dari Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat. Mereka menilai keputusan Dedi justru menghapus nilai historis dan spiritual dari nama “Al-Ihsan” yang berasal dari inisiatif para ulama, tokoh masyarakat, dan pemerintah saat itu.
Ketua API Jabar, Ustaz Asep Syaripuddin (UAS) mengatakan bahwa Yayasan Al-Ihsan yang berdiri sejak 15 Januari 1993 merupakan buah perjuangan enam tokoh penting Jawa Barat, termasuk dari unsur pesantren dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). RS Al-Ihsan pertama kali beroperasi pada 12 November 1995.
“Meskipun nama resminya RSUD Al-Ihsan, janganlah dilupakan akar sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melandasi pendiriannya,” kata UAS.
UAS juga menyayangkan keputusan perubahan nama dengan alasan rebranding, yang menurutnya justru bisa menimbulkan perpecahan identitas antara Islam dan budaya lokal (Sunda). Ia menilai istilah “Al-Ihsan” sarat makna dalam Islam, mencerminkan pengabdian, keikhlasan, dan totalitas dalam pelayanan.