“Penanaman jagung ini bukan simbolik. Ini bentuk kolaborasi nyata berbagai pihak dalam membangun kedaulatan pangan dari bawah,” ucapnya.
Kolaborasi ini tidak hanya mendapat dukungan dari kepolisian dan masyarakat pesantren, tapi juga dari unsur pemerintah kecamatan dan daerah. Camat Tegalwaru, Beny Promiadi, menyebut langkah ini sebagai contoh sinergi yang perlu diperluas.
“Dengan pola seperti ini, kita bisa percepat target swasembada nasional. Ini bukan sekadar tanam jagung—ini soal arah masa depan pangan kita,” ujar Beny.
Lahan yang ditanami berada di bawah pengelolaan Pondok Pesantren Baitul Qur’an, dan menjadi bagian dari target jangka panjang seluas 10 hektare.
Meski saat ini baru dua hektare yang dibuka, proyek ini menjadi titik awal percontohan kolaboratif antara aparat, pesantren, dan petani. (Gin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News