Cerita Pemuda Lulusan SMK Hasilkan Rp300 Juta Sebulan, Produknya Booming di Hongkong

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Berasal dari keinginan membeli buaian atau hammock yang harganya mahal, Muhammad Risman Sobari (23) terinspirasi untuk membuatnya. 

Pada 2015, hammock yang dibuat sendiri akhirnya mengawali bisnis perlengkapan outdoor yang dirintis Risman saat berumur 17 tahun. Bisnis itu semakin maju dalam selang waktu enam tahun.

“Waktu itu saya masih sekolah. Ingin punya ayunan kayak punya senior saya, tapi harganya mahal, jadi coba buat sendiri,” kata Risman di Monte Equipment Store miliknya, Jalan Cihanjuang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (10/10/2021).

Baca Juga: Kata Erick Thohir di Jawa Barat Sedang Dibangun Pusat Investasi, Ini Lokasinya

Dengan modal Rp1 juta hasil urunan dengan kawannya, saat itu dia membuat hammock di kamarnya yang berukuran 3×3 meter. Tumbuh di lingkungan pecinta alam, banyak temannya yang kemudian tertarik dengan hammock buatan Risman.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Harian Capricorn, Jangan Biarkan Emosi yang Tidak Terkendali Menguasai Hari Ini

“Satu hammock modal Rp50 ribu, dijual Rp300 ribu. Penjualan hammock terus meningkat, karena waktu itu sedang mulai populer. Sampai dua tahun itu makin ramai orang yang membeli,” kata lulusan SMK Negeri 1 Cimahi.

Pada awal 2019 bisnisnya itu sempat terkena pukulan keras terkait hak cipta. Hammock yang dibuat Risman disomasi oleh produsen hammock berskala besar asal Bali, karena dianggap meniru logo dan produknya.

Baca Juga: Parah! Pungli Parkir di Tempat Wisata The Great Asia Afrika dan Farmhouse Lembang Rp150 Ribu

“Saya kena somasi oleh produsen hammock yang dulu saya ingin miliki. Bule Jerman, yang punya perusahaan hammock itu, sampai datang langsung menemui saya. Saya yang masih belasan tahun dimarah-marahi,” katanya. 

Setelah rugi besar karena harus menarik produknya dari pasaran, Risman kemudian mencoba bangkit kembali pada akhir 2019 dengan mengangkat merek Commoc untuk hammock yang dia buat. 

Baca Juga:  Jadwal SIM Keliling Kota Bandung Hari Ini

Selain itu, dia pun mulai mengembangkan rintisan produk perlengkapan outdoor yang lain dengan merek Monte. Risman membuat tas ultralight, yang langsung mendapat respons positif dari konsumen bahkan hingga ke Hongkong.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Mojang Jajaka Harus Jadi Teladan Bagi Masyarakat dan Generasi Muda

“Waktu itu ada seorang influencer asal Hongkong yang beli, ternyata dia ikut bantu promosi, jadi produk kami booming di Hongkong. Akhirnya ada perusahaan besar di Hongkong yang kontak kami buat jadi distributor resmi,” katanya.

Ketika bisnisnya semakin berkembang, hantaman pandemi Covid-19 pada awal 2020 menjadi terpaan berikutnya. Pasokan bahan baku menyulitkan produksi tas dan hammock, meski tingkat penjualannya masih cukup baik.

“Dari waktu sebelum ada Covid-19, bisnis saya sudah dapat cobaan, makanya sekarang bisa bertahan. Malah, habis Lebaran kemarin kami mulai punya toko di sini, karena sebelumnya itu kan jualannya secara online,” katanya.

Baca Juga:  Jika Terpilih Jadi Gubernur, Emil Pastikan Pembangunan Dibatasi

Baca Juga: Benarkah Pencemaran Sungai Citarum Telah Alami Perbaikan? Ini Penjelasnnya

Rekan Risman dalam bisnis tersebut, Fadhli Nur Qasthalan (20) menyebutkan, dengan jumlah pegawai hanya 11 orang, saat ini omzet yang diraih Monte Equipment dalam sebulan bisa mencapai sekitar Rp300 juta. 

“Kami menyuplai ke 30 toko di Indonesia, kemudian punya 40 reseller. Kami juga ada distributor resmi di Hongkong dan Malaysia, serta mengirimkan produk-produk kami ke 40 negara di Asia, Eropa, dan Amerika,” katanya.

Ke depan, dia mengaku tengah menjajaki kerja sama pembukaan toko lagi di Garut, Malang, dan Yogyakarta. “Seperti kata Kang Risman, prinsip kami, berinovasi atau mati,” ujarnya.***