“Saat itu kami sedang melakukan perjalanan wisata Geourban dari Sukawana Trek 11 menuju Puncak Upas. Saya menerbangkan drone untuk melihat lanskap di sekitar perkebunan teh. Tiba-tiba, saya melihat dari kejauhan ada aktivitas pembukaan lahan berskala besar. Karena drone saya tidak bisa mencapai lokasi, saya menggunakan zoom untuk memotretnya,” ungkap Deni.
Kekhawatiran Dampak Lingkungan
Sebagai pecinta alam, Deni menyayangkan adanya proyek tersebut. Ia menilai penggarapan lahan di kawasan lereng gunung berpotensi merusak lingkungan, terlebih kawasan ini masuk dalam Kawasan Bandung Utara (KBU) yang berfungsi sebagai daerah konservasi dan resapan air bagi Cekungan Bandung.
“Kami sangat prihatin karena pembukaan lahan ini mengancam keseimbangan ekosistem. Bahkan, masyarakat sekitar melaporkan bahwa akses ke lokasi menjadi sulit karena dipasangi pagar oleh pengembang. Padahal, jalur tersebut juga digunakan sebagai akses pendakian ke Gunung Tangkuban Parahu,” keluhnya.
Hingga kini, belum ada informasi resmi mengenai izin dan tujuan dari proyek tersebut.
Publik pun menunggu klarifikasi dari pihak berwenang terkait dampak lingkungan dan kepentingan di balik aktivitas pembukaan lahan ini. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News