Lina menegaskan bahwa ajang ini tidak berhenti pada malam pemilihan. Setiap pemenang memiliki masa tugas satu tahun dan mendapatkan pendampingan ketat dari yayasan untuk memastikan nilai-nilai yang diajarkan benar-benar dipraktikkan.
“Saya bangga melihat para winner yang kompak dan harmonis. Mereka punya proses pengembangan diri, bukan hanya tampil lalu selesai,” jelasnya.
Penilaian utama bukan pada kecantikan semata, melainkan cara berpikir dan bagaimana peserta membawakan diri sesuai usia, serta advokasi nyata yang mereka jalankan selama masa tugas.
Menanggapi anggapan bahwa kegiatan anak muda sering kali hanya bersifat selebrasi, Lina menegaskan bahwa Yayasan Tiga Tiara Indonesia justru menolak ajang seremonial tanpa dampak.
“Ada masa jabatan setahun, lalu mereka masuk alumni. Kegiatan terus berjalan, fokusnya sosial, edukasi, dan pembentukan karakter. Bukan selebrasi tanpa arah,” tegasnya.





