Ia telah memanfaatkan cangkang telur ayam, bebek, hingga puyuh untuk membuat mosaik dan lukisan abstrak. Tak kurang dari 40 warna alami dari cangkang telur ia eksplorasi dan ubah menjadi material seni tahan cuaca. Salah satu karyanya, topeng ekspresif berukuran 2×2 meter, menjadi simbol kekuatan dari kerapuhan.
Karyanya dipamerkan di Jerman, Prancis, Singapura, hingga Brunei. Pada tahun 2000, permintaan ekspor datang dari Amerika Serikat, Inggris, dan Bahrain. Uniknya, hanya dia yang menampilkan seni dari cangkang telur di pameran seni Eropa.
Sejak 2022, ia bereksperimen dengan sampah plastik rumah tangga. Menggunakan teknik pembakaran hair dryer dan lem non-toksik, ia menciptakan lukisan unik yang mengedukasi masyarakat tentang daur ulang.
Di balik ketenaran karyanya, ada dedikasi kuat. Dwiyono pernah meninggalkan kariernya sebagai konsultan teknik sipil untuk fokus pada seni. Ia juga dikenal karena kontribusinya pada pemberdayaan masyarakat: melatih 32 karyawan yang terkena PHK pada krisis 1998, hingga membiayai pelatihan seni dari hasil penjualan lukisannya sendiri.
Pada 2005, ia tercatat dalam Rekor MURI sebagai pelopor seni lukis cangkang telur pertama di Indonesia. Meski karyanya telah dipatenkan, ia tetap mengedepankan misi sosial dibanding komersial.