“Sebagian anak memang tinggal mandiri, tapi bagi yang tetap tinggal di asrama, tetap kami fasilitasi dan pantau,” tambahnya.
Mengenai kondisi fisik sekolah, Herman mengungkapkan bahwa pada tahun ini akan dilakukan perbaikan ringan, sementara pembangunan gedung baru dua lantai dijadwalkan pada tahun 2026 sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan kenyamanan ruang belajar.
“Saat ini ada delapan kelas, dan tahun depan akan ditingkatkan jadi 16 kelas. Ini bentuk komitmen kami untuk memberikan layanan pendidikan terbaik bagi anak-anak difabel,” tegasnya.
Herman juga meminta agar pihak sekolah memperkuat koordinasi dengan Dinas Sosial guna mencegah terulangnya miskomunikasi serupa di masa depan.
“Komunikasi harus dijaga agar siswa tetap mendapatkan pelayanan maksimal dan perhatian yang prima,” ujarnya.





