“Saya membuat rakit darurat atau penyeberangan sementara. Ada dua dusun di seberang sungai. Sebetulnya ada jalan alternatif, tapi sangat jauh dan butuh waktu lama. Kalau tidak ada rakit ini, siswa tidak bisa sekolah,” ujar Jaja, warga yang menjadi relawan penyeberangan rakit.
Jaja menuturkan, warga dewasa bergantian membantu anak-anak menyeberang setiap pagi dan sore demi keselamatan mereka. Namun ia khawatir kondisi itu tak bisa berlangsung lama karena derasnya arus sungai yang kerap berubah.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan untuk memperbaiki jembatan yang dibangun pada tahun 2018 tersebut sebelum menelan korban jiwa.
“Kami berharap ada perbaikan secepatnya. Kalau dibiarkan, jembatan bisa ambruk dan warga makin terisolasi,” ungkapnya. (Red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





