Selain itu, ketersediaan tepung beras giling lokal tidak selalu terjamin, sementara tepung beras kemasan dapat dibeli kapan saja di toko maupun distributor dengan harga lebih stabil. Faktor ini sangat penting bagi UMKM yang memproduksi kue setiap hari.
Sukirman (40), pemilik UMKM Lapis Azka Talam, bercerita bahwa eksperimen menggunakan tepung giling berbahan lokal justru merugikan. “Kue talam jadi lembek, lapis pelangi kurang kenyal dan tidak mengembang. Kalau pakai tepung beras kemasan, teksturnya halus dan lebih kenyal,” ujarnya. Usahanya kini mampu memproduksi sekitar 2.000 potong kue per hari dengan omzet mencapai Rp1,5 juta.
Triwijayanti (50), pembuat nagasari dan dadar gulung, menegaskan bahwa tepung beras kemasan jauh lebih ekonomis. “Kalau pakai tepung kemasan 500 gram bisa jadi 10 kue. Kalau pakai tepung lokal, cuma jadi lima. Adonannya lebih lembek kayak bubur bayi,” jelasnya.
Menurutnya, kualitas tampilan juga memengaruhi minat pembeli. Tepung beras kemasan menghasilkan kue yang padat, rapi, dan tidak mudah hancur. Saat pesanan meningkat, ia bisa memproduksi hingga 150 potong per hari untuk keperluan acara.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Perindustrian Kota Cimahi, Hella Haerani, membenarkan bahwa sebagian besar UMKM lebih memilih tepung beras kemasan bermerek karena efisiensi waktu dan biaya. “Logikanya, kalau bikin tepung sendiri itu lama. UMKM butuh yang cepat dan hasilnya stabil,” katanya.





