Ia mengapresiasi sinergi antara Polda Jabar, Pemda Indramayu, dan para petani yang telah berkontribusi dalam pengembangan pertanian jagung di wilayahnya.
Namun, Erwan mengungkapkan, pengairan masih menjadi kendala utama dalam budidaya jagung di Indramayu. Banyak lahan masih bergantung pada musim hujan, sehingga pemanfaatan potensi belum optimal.
“Jika potensi lahan kering dan tadah hujan bisa dimanfaatkan, seharusnya Indramayu bisa jadi yang terbesar di Jawa Barat,” ucapnya.
Soal harga, Erwan menyoroti bahwa harga riil jagung pipil kering di tingkat petani saat ini masih di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Sesuai Keputusan Kepala Bapanas Nomor 18 Tahun 2025, HPP ditetapkan sebesar Rp5.500 per kg, sedangkan harga riil hanya sekitar Rp4.900 per kg.
“Saya berharap peran Bulog bisa lebih besar dalam menyerap jagung petani, seperti pada gabah dan beras,” tambah Erwan.