Ia menuturkan, seluruh pihak yang menggantungkan hidup di terminal—porter, kondektur, sopir bus, hingga pedagang kaki lima, cemas pendapatan harian mereka akan tergerus.
“Kami harus adaptasi lagi, itu pun belum tentu diterima. Kami akan masuk ke tempat yang sudah ada penghuninya, apakah mereka siap menerima?” katanya.
Tisna menambahkan, penghasilan di Cicaheum memang tak besar, tapi warga telah bertahun-tahun beradaptasi dan membangun ritme hidup di sana. “Belum tentu juga pedagang mendapatkan relokasi,” ujarnya.
Kepala Terminal Cicaheum, Asep Supriyadi, mengakui adanya penolakan warga. Ia mengatakan spanduk-spanduk itu merupakan cara warga menyampaikan keberatan. “Aspirasi mereka disampaikan lewat spanduk,” ucapnya.





