Pemimpin pemerintah daerah yang mau mengajak masyarakat profesional untuk turun tangan dalam pendampingan anak dengan gangguan belajar, seharusnya menjadi pintu masuk kolaborasi. Hipnoterapis, guru, hingga komunitas literasi bisa duduk bersama merancang program terpadu.
Pemerintah daerah pun perlu menyediakan ruang uji coba: misalnya kelas remedial berbasis hipnoterapi bagi siswa SMP-SMA yang terdeteksi kesulitan baca-tulis-hitung. Tentu biayanya tidak sebanding dengan risiko kerugian generasi yang gagal kompetitif di masa depan.
Pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan anggaran, melainkan juga keberanian untuk mencari solusi di luar arus utama. Jika Indramayu ingin lepas dari stigma “anak SMA tak bisa perkalian”, maka pendekatan inovatif perlu segera dilakukan.
Hipnoterapi bukanlah jalan pintas, tetapi salah satu metode yang bisa mengurai simpul persoalan psikologis yang selama ini diabaikan.